Krisis Legitimasi dan Masa Depan Ishiba
Kekalahan beruntun LDP dalam dua pemilu, majelis rendah pada akhir 2024 dan majelis tinggi pada Juli 2025, menjadi pukulan besar bagi legitimasi Ishiba.
Di Jepang, kehilangan mayoritas di kedua kamar parlemen berarti melemahkan kapasitas pemerintah untuk meloloskan agenda kebijakan.
Meski sempat menegaskan akan menentukan masa depannya di “waktu yang tepat”, seorang pejabat dekat Ishiba membocorkan bahwa ia sudah menimbang opsi mundur demi menghindari krisis lebih dalam.
Secara historis, LDP jarang sekali menggelar pemilihan ketua di tengah masa jabatan.
Namun, tekanan politik kali ini berbeda. Jika Ishiba benar-benar mundur, Jepang berpotensi menghadapi transisi kepemimpinan tercepat sejak era pasca-Perang Dunia II.
Di media sosial Jepang, nama Ishiba menduduki trending topic dengan ribuan warganet menyoroti lemahnya kepemimpinan LDP.
Sebagian menilai mundurnya Ishiba menjadi jalan keluar terbaik, sementara lainnya khawatir krisis politik ini membuat stabilitas pemerintahan Jepang terguncang di tengah tantangan ekonomi dan keamanan regional.
Pengamat politik di Tokyo menilai langkah Ishiba bisa membuka jalan bagi tokoh muda seperti Shinjiro Koizumi untuk tampil lebih menonjol.
Namun, tidak menutup kemungkinan kembalinya figur-figur lama seperti Suga atau Aso ke panggung utama politik Jepang.
Kabar rencana mundurnya Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menandai babak baru drama politik di Negeri Sakura.
Dengan LDP terancam semakin terpecah, masa depan kepemimpinan Jepang berada di persimpangan jalan.
Apakah LDP akan menggelar pemilihan lebih awal atau menemukan kompromi politik internal, masih menjadi tanda tanya besar.