Selain P\&G, perusahaan seperti Starbucks, Southwest Airlines, dan Dow Chemical juga mengambil langkah serupa.
Alasan yang mendasari keputusan PHK massal ini beragam.
Salah satunya adalah penyesuaian proyeksi keuangan akibat menurunnya ekspektasi penjualan dan laba perusahaan sepanjang 2025.
Kebijakan tarif era Presiden Donald Trump, meski sebagian telah dihentikan atau dikurangi, disebut masih meninggalkan dampak yang berkelanjutan terhadap kepercayaan pelaku industri.
Kondisi ini diperparah oleh ketidakpastian ekonomi global, termasuk kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan dunia akibat perang dagang.
Baca Juga: 7 Fakta Perjalanan Lee Jae-myung, dari Buruh Pabrik hingga Terpilih Jadi Presiden Korea Selatan
Kebijakan pengurangan anggaran pemerintah federal oleh administrasi Trump juga turut menyumbang tekanan.
Pemangkasan pegawai negeri sipil secara besar-besaran tengah berlangsung dengan alasan efisiensi fiskal.
Namun, banyak dari kebijakan tersebut kini menghadapi gugatan hukum dan kritik tajam dari Kongres.
Meski demikian, masih ada sedikit titik terang di tengah kabar suram ini.
Data pemerintah menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan sempat mengalami kenaikan tak terduga pada April lalu.
Baca Juga: Kesal Dikalahkan Pecatur Muda, Mantan Juara Dunia Catur Magnus Carlsen Sampai Gebrak Meja
Namun, hal tersebut belum cukup untuk mengimbangi peningkatan angka PHK yang terjadi secara luas.
Jumlah warga AS yang menerima tunjangan pengangguran pada 24 Mei 2025 tercatat sedikit menurun, yakni turun 3.000 menjadi 1,9 juta orang.
Kendati demikian, banyak masyarakat Amerika mengaku masih pesimis terhadap kondisi pasar kerja saat ini.