Tahun 2025 Ini Belum Juga Terlihat Indikasi Penurunan Suhu Bumi

photo author
- Rabu, 28 Mei 2025 | 17:29 WIB
Ilustrasi. Suhu rata-rata global telah melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius selama hampir dua tahun berturut-turut.
Ilustrasi. Suhu rata-rata global telah melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius selama hampir dua tahun berturut-turut.

HUKAMANEWS - Belum ada sedikit pun tanda perubahan suhu global memasuki akhir tahun 2025. Bumi masih akan tetap berada pada level tertinggi sepanjang sejarah pada 2025-2029.

Hal ini dipastikan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mengeluarkan pernyataan prediksi iklim global menunjukkan suhu diperkirakan akan terus berada pada atau mendekati level tertinggi dalam lima tahun ke depan, yang akan meningkatkan risiko dan dampak iklim terhadap masyarakat.

Suhu rata-rata global tahunan dekat permukaan bumi untuk setiap tahun pada 2025 hingga 2029 diperkirakan mengalami kenaikan antara 1,2 derajat Celsius dan 1,9 derajat Celsius daripada suhu rata-rata selama 1850-1900.

Baca Juga: Link Cek Hasil Pengumuman UTBK SNBT 2025 Bisa Diklik Di Sini

"Kita baru saja mengalami sepuluh tahun terhangat yang pernah tercatat. Sayangnya, laporan WMO ini tidak memberikan tanda-tanda akan ada perbaikan selama beberapa tahun mendatang, dan ini berarti akan ada dampak negatif yang semakin besar pada ekonomi, kehidupan sehari-hari, ekosistem, dan planet kita," kata Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett dalam pernyataannya, Rabu 28 Mei 2025.

Selain itu, ada pula peluang sebesar 70 persen bahwa pemanasan rata-rata pada 2025-2029 akan melebihi 1,5 derajat Celsius dibandingkan pada 2024-2028 yang hanya 47 persen.

Dampak dari suhu yang masih memanas, Arktik akan mengalami pemanasan lebih dari tiga setengah kali lipat dari rata-rata global, mencapai 2,4 derajat Celsius dibandingkan dengan periode dasar 1991-2020, menurut pernyataan tersebut.

Baca Juga: Panitia SNPMB 2025 Umumkan 29,43 Persen Peserta Dinyatakan Lulus Masuk PTN

Bahkan efek samping lainnya, WMO juga memperkirakan penurunan lebih lanjut dalam konsentrasi es laut di Laut Barents, Laut Bering, dan Laut Okhotsk.

Pada saat yang sama, kondisi yang lebih basah (curah hujan lebih tinggi) dari rata-rata diperkirakan akan terjadi di Sahel, Eropa utara, Alaska, dan Siberia utara pada Mei-September 2025-2029, sementara wilayah Amazon mungkin mengalami kondisi yang lebih kering dari rata-rata pada musim yang sama.

Sebelumnya, pada Januari, WMO mengatakan bahwa tahun 2024 merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat.

Baca Juga: Ternyata Karena Ini, Pegawai Bank Indonesia Nekad Lompat dari Lantai 15, Simak Penyebab dan Jabatannya di BI

Dampak-dampak perubahan iklim kini bisa terlihat di setiap benua, memengaruhi kehidupan manusia baik di negara terkaya maupun termiskin di muka Bumi. Badai dan hujan deras semakin parah, karena atmosfer yang lebih panas dapat menampung lebih banyak air yang menyebabkan hujan deras.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X