Serangan B2 Siluman Berhasil, Tapi Trump Pilih Damai dengan Iran? Ini Alasannya yang Tak Diduga!

photo author
- Selasa, 24 Juni 2025 | 06:00 WIB
Trump hentikan serangan ke Iran usai sukses bombardir nuklir, kini ajak Teheran berdamai demi cegah perang lebih besar. (HukamaNews.com / AFP)
Trump hentikan serangan ke Iran usai sukses bombardir nuklir, kini ajak Teheran berdamai demi cegah perang lebih besar. (HukamaNews.com / AFP)

Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Dan Caine, mengatakan lebih dari 125 pesawat terlibat dalam operasi besar ini.

Termasuk di dalamnya adalah pesawat pengisian bahan bakar, jet tempur, kapal selam peluncur rudal, dan pesawat pengintai.

Trump bahkan menyebut hasil serangan ini sebagai “sangat sukses”.

Namun, di balik keberhasilan militer tersebut, konsekuensi kemanusiaan tak bisa dihindari.

Serangan balasan antara kedua negara telah menelan ratusan korban jiwa.

Baca Juga: AS Ketar-Ketir, Minta China Turun Tangan Cegah Iran Tutup Selat Hormuz Demi Selamatkan Pasokan Energi Global

Iran melaporkan lebih dari 3.500 warganya terluka dan 430 orang meninggal akibat serangan Israel.

Sementara itu, Israel menyebut sedikitnya 25 warga tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan rudal Iran.

Ketegangan ini bermula pada 13 Juni 2025, saat Israel memulai serangan udara besar-besaran ke Iran dengan dalih menghancurkan fasilitas militer dan nuklir.

Aksi itu langsung dibalas oleh Iran, memicu kekhawatiran global akan pecahnya konflik terbuka yang lebih luas di Timur Tengah.

Namun kini, dengan Trump yang secara eksplisit menyatakan tak ingin memperpanjang serangan dan membuka pintu untuk perundingan damai, peluang de-eskalasi mulai terbuka.

Baca Juga: Meski Diserang Amerika dan Israel, Iran Tetap Lanjutkan Pengayaan Uranium untuk Nuklir, Tak Seorang pun Bisa Atur Iran!

Meski belum ada sinyal resmi dari Teheran soal tanggapan terhadap ajakan damai tersebut, langkah Trump ini setidaknya menjadi titik awal untuk menghindari konflik berskala lebih besar.

Di tengah dunia yang masih berjuang dengan ketidakstabilan geopolitik, langkah diplomatik seperti ini bisa menjadi sinyal bahwa negosiasi masih lebih unggul dibandingkan kekuatan militer.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Kazuki Rahmadani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X