Gempuran AS ke Iran Bikin Dunia Tegang! Rusia China Korut Dikabarkan Siapkan Langkah Mengejutkan

HUKAMANEWS - Serangan udara Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran memicu gelombang kekhawatiran global soal eskalasi geopolitik.

Aksi militer ini dilakukan dengan senyap, namun dampaknya menggelegar, baik secara fisik maupun diplomatik.

Tiga lokasi penting, yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan, menjadi target dalam operasi rahasia yang diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump.

Tak butuh waktu lama, para analis internasional mulai menyoroti potensi respons dari sekutu strategis Iran seperti Rusia, China, dan Korea Utara.

Baca Juga: Bukan Sekadar Ancaman! Khamenei Sudah Siapkan 3 Suksesor, Rusia Warning Keras Jika Ia Dibunuh Israel

Ketiga negara tersebut dikenal memiliki posisi yang tegas terhadap dominasi militer Amerika, terutama di kawasan Timur Tengah.

Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Parahyangan, Kishino Bawono, respons balik dari tiga negara besar tersebut bukan sekadar kemungkinan, tapi hampir pasti terjadi.

Kishino mengatakan, situasi ini berpotensi membuka ruang konflik baru di tengah dunia yang belum sepenuhnya pulih dari ketegangan geopolitik sebelumnya.

Namun, ia juga meyakini bahwa Rusia, China, dan Korea Utara akan berhitung cermat sebelum bereaksi secara frontal.

"Kalau dilihat dari geopolitiknya, besar kemungkinan mereka akan merespons, tapi tidak dalam bentuk agresi langsung," ujar Kishino kepada Kompas TV, Minggu (22/6/2025).

Baca Juga: Ciptakan Aplikasi Plant Heroes, Sherly Phangestu Bantu Pahami Dunia Botani Lebih Mudah

Ia menambahkan bahwa ketiga negara tersebut cenderung ingin melemahkan dominasi Amerika secara diplomatis, bukan dengan mengobarkan perang besar-besaran.

Meski begitu, ruang spekulasi tetap terbuka soal langkah apa yang sebenarnya sedang disiapkan oleh mereka di balik layar.

Kishino menyebutkan bahwa upaya penyelesaian damai tetap menjadi opsi utama yang dipegang oleh Rusia, China, dan Korea Utara.

Sementara itu, dari sisi Iran sendiri, pemerintah menyatakan bahwa serangan tersebut tidak menyebabkan kerusakan fatal pada fasilitas nuklir mereka.