Dalam kurun waktu itu, lebih dari 54.800 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Tak hanya itu, kondisi kemanusiaan di Gaza juga semakin memburuk.
Akses terhadap makanan, air bersih, dan layanan kesehatan makin terbatas, sementara infrastruktur publik hancur akibat serangan tanpa henti.
Banyak pengungsi terjebak di tempat yang semula mereka anggap aman, seperti tenda bantuan atau pusat distribusi makanan, namun justru menjadi sasaran pengeboman.
Serangan pada H+3 Idul Adha ini tidak hanya menambah jumlah korban jiwa, tetapi juga menimbulkan trauma mendalam bagi para penyintas.
Baca Juga: 7 Fakta Perjalanan Lee Jae-myung, dari Buruh Pabrik hingga Terpilih Jadi Presiden Korea Selatan
Bayi, anak-anak, dan orang tua kini hidup dalam ketakutan tanpa kepastian apakah mereka akan selamat esok hari.
Seruan untuk menghentikan kekerasan terus berdatangan dari berbagai pihak, namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa perang masih jauh dari kata selesai.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan global tentang pelanggaran hak asasi manusia dan potensi terjadinya krisis kemanusiaan yang lebih besar di masa depan.
Tragedi demi tragedi di Gaza seakan menjadi rutinitas yang terus berulang, tanpa ada kepastian kapan penderitaan rakyat sipil akan berakhir.
Baca Juga: Kesal Dikalahkan Pecatur Muda, Mantan Juara Dunia Catur Magnus Carlsen Sampai Gebrak Meja
Kejadian terbaru ini menjadi pengingat keras bahwa konflik di Palestina bukan hanya soal geopolitik, tetapi soal nyawa, kemanusiaan, dan masa depan anak-anak yang tak pernah punya pilihan dalam perang yang merenggut segalanya dari mereka.
Jika tidak ada upaya nyata untuk menghentikan kekerasan, dunia akan terus menyaksikan luka yang semakin dalam di wilayah yang sudah lama dilanda krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern.***
Artikel Terkait
Videonya Viral Sedunia Saat Presiden Perancis Emmanuel Macron Terlihat Ditampar Istrinya, Sesaat Sebelum Keluar dari Pesawat
Gara-Gara Trump, Harga Ponsel Samsung di AS Terancam Naik hingga 40 Persen Karena Tarif Baru
Tahun 2025 Ini Belum Juga Terlihat Indikasi Penurunan Suhu Bumi
Keputusan Trump Berlakukan Tarif Impor Diblokir Mahkamah Perdagangan Internasional AS, Kebijakan Trump Dinilai Melampaui Wewenangnya
Seluk Beluk Haji Furoda yang Kini Sudah Tidak Diterbitkan Pemerintah Arab Saudi