Netanyahu juga menyampaikan syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang, yakni pemulangan seluruh sandera Israel, penghapusan kepemimpinan Hamas dari Gaza, dan perlucutan senjata total terhadap kelompok tersebut.
Ia mengklaim bahwa setelah tujuan-tujuan tersebut tercapai, Israel akan mulai menerapkan apa yang disebut sebagai Rencana Trump (Trump Plan), yang secara luas dipahami sebagai kerangka relokasi warga Palestina dari Gaza.
Menanggapi pernyataan tersebut, pemimpin oposisi Yair Lapid dalam sebuah video di platform X mengatakan, "Pernyataan Netanyahu malam ini berarti pendudukan Gaza selama bertahun-tahun ke depan."
Namun, Lapid juga menyebut bahwa Netanyahu berbohong saat menyatakan bahwa semua kebijakannya telah sepenuhnya dikoordinasikan dengan pemerintah AS.
"Netanyahu telah kehilangan simpati dari (Presiden AS) Donald Trump," tegas Lapid.
Yair Golan, pemimpin partai Demokrat dari kubu tengah-kiri, turut mengomentari konferensi pers Netanyahu melalui akun X miliknya.
"Apa yang saya lihat hanyalah pertunjukan dari seorang pria yang penuh tekanan, penuh kebohongan, dan terobsesi, yang sibuk menyalahkan orang lain tanpa mau bertanggung jawab," katanya.
"Saya punya dua janji untuk Netanyahu malam ini: saya akan menuntut Anda atas pencemaran nama baik atas kebohongan yang Anda sebarkan tentang saya, dan kami akan mengalahkan Anda dalam pemilu mendatang."
Forum keluarga sandera Israel juga melontarkan kritik tajam terhadap Netanyahu melalui X.
"Kita sedang menuju kesempatan yang terlewatkan abad ini," tulis pernyataan mereka.
"Setelah lebih dari 19 bulan perang, tidak ada tanda-tanda akhir, tidak ada peluang pemulihan dan rehabilitasi di depan mata," sebut pernyataan itu.
Pernyataan-pernyataan Netanyahu ini disampaikan di tengah aksi genosida Israel terhadap Gaza yang telah berlangsung sejak Oktober 2023 dan menewaskan hampir 53.700 warga Palestina, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan kepala pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait serbuannya di wilayah tersebut.***
Artikel Terkait
Sandera Hamas Ini Kutuk PM Netanyahu dan Trump, Tentara 21 Tahun Ini Muak dengan Netanyahu yang Diktator dan Tak Bebaskan Dirinya
Pasca Kebakaran, Netanyahu Bakal Lebih Sengit Serang Hamas dan Rebut Gaza yang Saat ini Diduduki Pengungsi Palestina
Rafah Kembali Bergolak! Hamas Diam-Diam Gempur Balik dengan Luncurkan Serangan, Tentara Israel Jadi Sasaran
Juara Bertahan Eurovision Nemo Dukung Seruan Agar Israel Dikeluarkan dari Kontes Lagu
Klaim Adanya Terowongan di Rumah Sakit Eropa di Gaza, Israel Kembali Bantai 34 Warga Palestina
Kebijakan Keji Netanyahu Tak Izinkan Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza Selama 80 Hari, Kelaparan yang Disengaja Israel