Di saat Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump kembali memanas dengan China lewat perang tarif baru, Indonesia justru berada di posisi strategis yang bisa menjadi jembatan dialog atau bahkan titik tarik kekuatan ekonomi baru.
Sebagai informasi, AS memberlakukan tarif impor sebesar 145 persen terhadap produk asal China, yang langsung dibalas dengan kebijakan serupa oleh Beijing sebesar 125 persen.
Dengan tensi tinggi seperti ini, Indonesia berpotensi menjadi “pemain tengah” yang penting dalam menjaga keseimbangan geopolitik di kawasan.
China tentu tak ingin kehilangan momentum. Apalagi, hubungan Indonesia–China sudah melewati berbagai fase krusial sejak awal kemerdekaan.
Indonesia merupakan negara Asia Tenggara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan China pada 1950, yang kala itu dipimpin Mao Zedong.
Namun hubungan itu sempat membeku selama lebih dari dua dekade akibat ketegangan politik pasca G30S/PKI.
Baru pada 1990, di era Presiden Soeharto, hubungan diplomatik dipulihkan, dan sejak itu terus mengalami penguatan, terutama dalam bidang ekonomi.
Kerja sama itu makin solid saat Indonesia bergabung dalam inisiatif *Belt and Road* dan menjalankan proyek besar seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Data terbaru dari Bea Cukai China menunjukkan bahwa nilai perdagangan bilateral antara kedua negara pada 2024 mencapai 147,78 miliar dolar AS.
Dari jumlah itu, ekspor Indonesia ke China tercatat sebesar 71,09 miliar dolar AS, sementara impor mencapai 76,69 miliar dolar AS.
Di bidang investasi, China menempati posisi ketiga sebagai investor terbesar di Indonesia dengan total Foreign Direct Investment (FDI) senilai 8,1 miliar dolar AS—naik 9,4 persen dari tahun sebelumnya.
Angka-angka ini mencerminkan bahwa meskipun ada rivalitas global, secara praktis hubungan Indonesia dan China tetap saling menguntungkan.
Baca Juga: Liburan Mewah Berujung Maut, Bos Siemens dan Keluarga Tewas dalam Kecelakaan Helikopter di New York
Artikel Terkait
Trump Tandatangani Penerapan Tarif 25 Persen Atas Barang Impor dari Kanada, Meksiko, Sementara China 10 Persen
Demi Efisiensi Anggaran, Trump Dekati Rusia dan China untuk Kembali Bahas Perundingan Senjata Nuklir
Australia Pilih Kejar Kepentingan Nasional Ketimbang Gabung Dengan China
Tak Takut Diancam Trump Lewat Tarif Dagang, China Bereaksi Lebih Keras dan Bakal Ladenin Perang dengan AS
China Naikkan Tarif Jadi 125 Persen, Trump Malah Ajak Xi Damai? Drama Perang Dagang yang Bikin Dunia Deg-degan