Permintaan Maaf yang Terlambat
Beberapa jam sebelum pemungutan suara, Presiden Yoon tampil di depan kamera dengan sikap penuh penyesalan.
“Saya sangat menyesal dan ingin dengan tulus meminta maaf kepada orang-orang yang terkejut,” katanya sambil membungkuk. Namun, permintaan maaf ini tampaknya tak cukup untuk meredam kemarahan publik.
Kebijakan darurat militer yang diambil Presiden Yoon menjadi pemantik utama protes.
Langkah tersebut dinilai berlebihan dan mengingatkan masyarakat pada masa kelam Korea Selatan di bawah rezim otoriter.
Sidang Pemakzulan yang Krusial
Sidang pleno pemakzulan menjadi titik krusial dalam dinamika politik Korea Selatan.
Jika parlemen berhasil meloloskan pemakzulan, Yoon berpotensi menjadi presiden pertama yang dimakzulkan sejak skandal besar Park Geun-hye pada 2017.
Aksi demonstrasi besar ini tidak hanya menjadi bentuk protes, tetapi juga pesan kuat kepada para pemimpin politik.
Warga Korea Selatan menunjukkan bahwa mereka siap bersuara ketika keadilan dan demokrasi dipertaruhkan.
Momentum Bersejarah
Demonstrasi kali ini menggambarkan bagaimana warga Korea Selatan memanfaatkan ruang demokrasi untuk menyampaikan aspirasi.
Dengan keberanian melawan kebijakan yang dianggap tak adil, mereka menghidupkan semangat demokrasi yang pernah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Artikel Terkait
Doa dan Dukungan Prabowo untuk Kemenangan Timnas U 23 vs Korea Selatan
HORE! Transaksi Lintas Negara Nggak Pake Ribet, QRIS Kini Bisa Digunakan di Korea Selatan, India, Jepang, dan UAE
Presiden Korea Selatan Yoon Seokyeol Cabut Status Darurat Militer dan Batalkan Semua Aktivitasnya Usai Adanya Upaya Percobaan Kudeta
Hizbullah Jamin Bantu Suriah Gempur Balik Serangan Teroris Bentukan Israel dan Amerika, Jangan Mimpi Bisa Gulingkan Suriah!
Ratusan Ribu Warga Korea Selatan Turun ke Jalan, Desakan Pemakzulan Presiden Memanas!