HUKAMANEWS - Di tengah perubahan iklim yang makin ekstrem, ada satu dampak yang sering luput dari sorotan: kesehatan mental.
Padahal, efek krisis iklim ternyata nggak cuma soal suhu panas, kekeringan, atau banjir yang makin sering terjadi.
Di balik semua itu, ada tekanan psikologis yang perlahan tapi pasti menggerus kesehatan mental masyarakat.
Kamu mungkin nggak langsung sadar, tapi rasa cemas saat lihat berita soal bumi yang makin rusak, hutan yang terbakar, atau petani yang gagal panen, bisa bikin pikiran kamu tertekan.
Ini bukan sekadar asumsi. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa perubahan iklim punya dampak nyata terhadap kesehatan mental manusia.
Dari stres ringan hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD), semua bisa terjadi karena krisis iklim.
Yang lebih bikin miris, dampaknya nggak terasa merata. Anak-anak muda dan masyarakat kelas menengah ke bawah jadi kelompok yang paling rentan terkena dampaknya.
Anak Muda dan Eco-Anxiety yang Menghantui
Istilah eco-anxiety mungkin masih asing di telinga kamu, tapi kenyataannya kondisi ini udah mulai umum dirasakan generasi muda.
Baca Juga: Sangurejo dan Revolusi Hijau dari Mimbar, Ketika Framing Agama Jadi Motor Aksi Lingkungan
Eco-anxiety adalah bentuk kecemasan kronis terhadap dampak perubahan iklim dan ketakutan soal masa depan bumi.
Kecemasan ini bisa bikin anak muda jadi sulit fokus, kehilangan semangat belajar, hingga merasa kehilangan harapan untuk masa depan.
Survei global bahkan menunjukkan bahwa banyak anak muda merasa putus asa ketika memikirkan masa depan planet ini.