climate-justice

Mengenal Santo Fransiskus dari Assisi, Ajarannya Tentang Alam Bisa Ubah Cara Pandangmu Tentang Lingkungan Hidup

Minggu, 6 April 2025 | 10:00 WIB
Santo Fransiskus menjadi pelindung ekologi dengan ajaran spiritual yang relevan di tengah krisis lingkungan. (HukamaNews.com / Instagram @ecopeace_indonesia)

HUKAMANEWS Greenfaith – Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis iklim dan kerusakan lingkungan, muncul satu nama yang semakin relevan dari masa lampau: Santo Fransiskus dari Assisi.

Sosok Santo Fransiskus ini bukan hanya dikenal sebagai orang suci dalam sejarah gereja Katolik, tetapi juga sebagai pelopor cinta ekologis yang lahir jauh sebelum isu lingkungan menjadi pembahasan global.

Lahir di Italia pada tahun 1182, Santo Fransiskus tumbuh menjadi pribadi yang melihat alam sebagai bagian dari spiritualitasnya.

Baca Juga: Nuzulul Quran dan Pesan Al-Qur'an, Kenali Istilah Ekologis yang Bisa Ubah Cara Kita Menjaga Bumi

Ia tidak sekadar melindungi alam, tetapi hidup berdampingan dengannya dengan penuh hormat dan cinta.

Dalam dunia yang semakin dipenuhi oleh eksploitasi sumber daya, pesan Fransiskus menghadirkan alternatif cara pandang yang menyentuh akar iman dan moralitas manusia.

Ia mengajak umat manusia untuk memandang bumi bukan sebagai objek konsumsi, melainkan sebagai "rumah bersama" yang layak dihormati dan dirawat.

Sikapnya terhadap lingkungan begitu mendalam hingga gereja Katolik menetapkannya sebagai pelindung ekologi pada tahun 1979, sebuah pengakuan atas nilai spiritual dalam tindakan ekologisnya.

Fransiskus melihat Tuhan dalam setiap ciptaan: matahari, bulan, air, angin, hingga makhluk terkecil di bumi.

Baca Juga: Gerakan Puasa Energi di Bulan Ramadan Berhasil Hemat 59.063 Jam & Selamatkan Puluhan Juta Rupiah

Baginya, setiap elemen alam memiliki peran dalam memuji Sang Pencipta.

Itulah sebabnya ia menulis 'Kidung Makhluk Ciptaan', sebuah puisi spiritual yang merayakan hubungan harmonis antara manusia dan semesta.

Konsep ini kini dikenal sebagai “spiritualitas ekologi”, sebuah pandangan bahwa iman dan kepedulian terhadap lingkungan tidak bisa dipisahkan.

Menariknya, pesan Fransiskus ini terus bergema bahkan di kalangan pemimpin gereja modern.

Paus Fransiskus, yang memilih nama tersebut sebagai bentuk penghormatan, menekankan perlunya *konversi ekologis*.

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB