climate-justice

Harmoni untuk Bumi, Ketika Iman Menjadi Kekuatan dalam Perjuangan Melawan Krisis Iklim di Maluku

Jumat, 28 Februari 2025 | 20:47 WIB
Ilustrasi. Banjir bandang menerjang Ternate, Maluku Utara pada Agustus 2024. Dampak krisis iklim telah dirasakan masyarakat Maluku, mulai dari cuaca ekstrim, gagal panen, hingga makin sedikitnya hasil tangkapan ikan nelayan.

"Tanggung jawab ekologis adalah bagian dari iman," tegasnya. 

GPM, lanjutnya, telah memiliki pedoman advokasi lingkungan hidup yang diwujudkan dalam agenda konkrit bersama masyarakat.

Baca Juga: Korupsi dan Ironi Demokrasi, ketika Suara Rakyat Dijual di Pasar Gelap

Sementara itu, M. Yusuf Sangadji, Direktur Eksekutif Jala Ina (Jaga Laut Indonesia), mengingatkan kerentanan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia terhadap dampak krisis iklim.  Ia mencontohkan jumlah pulau kecil di Maluku dan Maluku Utara yang mencapai lebih dari 2.155 pulau, yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.  Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengatasi permasalahan perampasan ruang hidup dan mendorong pemahaman tentang sumber daya alam yang berkelanjutan.

Pertemuan yang dihadiri lebih dari 40 orang dari berbagai organisasi keagamaan, akademisi, dan media ini, merupakan bagian dari Konsultasi tentang Kerja-kerja Advokasi dalam Keterlibatan Keagamaan dan Lintas Iman untuk memitigasi dan Mengelola Risiko Lingkungan, yang diselenggarakan oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah bersama GreenFaith dan Oxford Policy Management Limited (OPML), serta didukung oleh IAIN Ambon dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Maluku. 

Pertemuan ini diharapkan menjadi titik awal konsolidasi dan solidaritas yang lebih luas untuk menyelamatkan Maluku dari ancaman krisis iklim.***

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB