"Tanggung jawab ekologis adalah bagian dari iman," tegasnya.
GPM, lanjutnya, telah memiliki pedoman advokasi lingkungan hidup yang diwujudkan dalam agenda konkrit bersama masyarakat.
Baca Juga: Korupsi dan Ironi Demokrasi, ketika Suara Rakyat Dijual di Pasar Gelap
Sementara itu, M. Yusuf Sangadji, Direktur Eksekutif Jala Ina (Jaga Laut Indonesia), mengingatkan kerentanan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia terhadap dampak krisis iklim. Ia mencontohkan jumlah pulau kecil di Maluku dan Maluku Utara yang mencapai lebih dari 2.155 pulau, yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengatasi permasalahan perampasan ruang hidup dan mendorong pemahaman tentang sumber daya alam yang berkelanjutan.
Pertemuan yang dihadiri lebih dari 40 orang dari berbagai organisasi keagamaan, akademisi, dan media ini, merupakan bagian dari Konsultasi tentang Kerja-kerja Advokasi dalam Keterlibatan Keagamaan dan Lintas Iman untuk memitigasi dan Mengelola Risiko Lingkungan, yang diselenggarakan oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah bersama GreenFaith dan Oxford Policy Management Limited (OPML), serta didukung oleh IAIN Ambon dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Maluku.
Pertemuan ini diharapkan menjadi titik awal konsolidasi dan solidaritas yang lebih luas untuk menyelamatkan Maluku dari ancaman krisis iklim.***
Artikel Terkait
Menjawab Krisis Iklim, Ketika Komunitas Muslim Lokal Menjadi Garda Terdepan Gerakan Lingkungan
Eco Bhinneka Muhammadiyah Dorong Kepemimpinan Kaum Muda Lintas Iman Hadapi Krisis Iklim dengan Keadilan Gender
Kolaborasi Lintas Iman untuk Menggali Peran Agama dalam Mengelola Risiko Lingkungan
Puasa Energi di Ramadan, Muhammadiyah dan Greenfaith Dorong Transisi Energi Berkeadilan
Kolaborasi Lintas Agama dan Budaya Jadi Kunci Lingkungan Berkelanjutan
Tokoh Agama dan Lintas Iman Riau Bersatu Hadapi Krisis Lingkungan