climate-justice

Tokoh Agama dan Lintas Iman Riau Bersatu Hadapi Krisis Lingkungan

Kamis, 27 Februari 2025 | 17:17 WIB
Forum Group Discussion (FG) di Pekanbaru, Riau, pada Rabu (25/2/2025).

HUKAMANEWS GreenFaith – Krisis lingkungan yang semakin nyata menuntut aksi konkret dari berbagai elemen masyarakat. Menyadari peran penting agama dalam menjaga kelestarian bumi, Eco Bhinneka Muhammadiyah dan GreenFaith Indonesia menggelar Forum Group Discussion (FGD) di Pekanbaru, Riau, pada Rabu (25/2/2025).

Acara ini diikuti oleh 42 peserta dari beragam latar belakang, termasuk tokoh agama, ahli lingkungan, organisasi lintas iman, serta perwakilan kelompok disabilitas. Dari jumlah tersebut, 14 peserta merupakan perempuan. Kegiatan ini mendapat dukungan dari Bappenas serta Kantor Persemakmuran dan Pembangunan Luar Negeri (FCDO) Pemerintah Inggris melalui Oxford Policy Management Limited (OPML).

Dengan tema “Keterlibatan Agama dan Lintas Iman dalam Mengelola Risiko Lingkungan”, diskusi ini bertujuan merumuskan langkah konkret dalam menghadapi tantangan lingkungan. Para peserta sepakat untuk mencari solusi strategis guna mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia.

Baca Juga: Megawati dan Pembangkangan Politik

Sebagai bagian dari rangkaian diskusi di tiga kota—Sawahlunto, Ambon, dan Pekanbaru—FGD ini menjadi awal kolaborasi antarumat beragama dalam menjaga lingkungan. Hasil diskusi akan disampaikan kepada Kementerian Bappenas sebagai pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

FGD ini merupakan bagian dari Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon Fase-2 (LCDI2), yang bertujuan mengintegrasikan peran organisasi keagamaan dalam mengatasi tantangan lingkungan. Rekomendasi dari forum ini akan menjadi dasar penguatan kapasitas organisasi keagamaan dalam mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia.

Agama sebagai Kekuatan Transformasi Lingkungan

Dr. H.M. Rasyad Zein, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau, menekankan bahwa pendekatan lintas agama adalah solusi efektif dalam menghadapi krisis lingkungan. “Semua agama mengajarkan nilai-nilai luhur untuk menjaga keseimbangan alam,” ujarnya.

Sementara itu, Parid Ridwanuddin, Manajer Program GreenFaith Indonesia, menyebutkan bahwa isu lingkungan seperti perubahan iklim, deforestasi, dan polusi telah menjadi ancaman serius bagi kehidupan manusia.

“Di Indonesia, dampak kerusakan lingkungan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kesehatan, ekonomi, dan keamanan masyarakat,” katanya.

Ia menegaskan bahwa ajaran agama yang menekankan pelestarian alam dapat menjadi dasar kuat untuk menggerakkan aksi nyata. “Agama bukan hanya soal ibadah, tetapi juga tanggung jawab moral terhadap lingkungan,” tambahnya.

Baca Juga: Kita dan Konglomerat Sederajat

Jihad Ekologis

Dr. Muhammad Ikhsan, Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah Riau, menekankan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari maqasid syariah (tujuan syariah). Ia menyoroti peran organisasi keagamaan dalam mengedukasi masyarakat, mempengaruhi kebijakan, dan mendorong praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Halaman:

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB