Aldi Destian dari Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia mengatakan, inti keharmonisan adalah agar tidak ekstrim dalam menggunakan sumber daya alam. “Sehingga hidup kita harus selaras dengan alam dan bisa menghemat energi yang gunakan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun peribadahan.”
Baca Juga: Dorong Eco Travel, 8 Stasiun Jakarta Punya Fasilitas Air Siap Minum Untuk Penumpang
Pendekatan tokoh agama Konghuchu yang selama ini dilakukan MTA Konghuju adalah membuat tempat ibadah ramah lingkungan, seperti Klenteng Hemat Energy yang tetap nyaman digunakan untuk ibadah. Aldi mengungkapkan, para cendekiawan Konghucu juga berperan dengan menulis perspektif lingkungan hidup menurut Konghucu.
“Ada juga gerakan pemuda Konghucu melakukan kegiatan penanaman pohon di sekitar rumah ibadah sebagai bentuk merawat alam dan berbakti terhadap alam,” pungkasnya.
Dialog lintas agama ini menjadi langkah penting dalam menunjukkan bahwa transisi energi bukan hanya tugas pemerintah atau sektor swasta. Kolaborasi lintas agama diharapkan dapat menggerakkan perubahan di tingkat akar rumput, membangun kesadaran kolektif, dan mendesak kebijakan yang lebih ramah lingkungan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.***