Tragedi Tumpahan Minyak di Teluk Guanabara, Nelayan Menjerit, Green Faith Bersuara

photo author
- Rabu, 23 Oktober 2024 | 06:00 WIB
Tumpahan tiga jenis zat pencemar—bensin, solar, dan emulsi aspal - di Teluk Guanabara, Magé, Rio de Janeiro, 1 Oktober 2024.
Tumpahan tiga jenis zat pencemar—bensin, solar, dan emulsi aspal - di Teluk Guanabara, Magé, Rio de Janeiro, 1 Oktober 2024.

HUKAMANEWS GreenFaith - Teluk Guanabara, Magé, Rio de Janeiro, 1 Oktober 2024. Sebuah insiden mengerikan terjadi di ekosistem Sungai Suruí. Tumpahan tiga jenis zat pencemar—bensin, solar, dan emulsi aspal— merusak keseimbangan lingkungan, mengancam kehidupan masyarakat lokal dan nelayan tradisional yang menggantungkan hidup mereka pada perairan ini.

Tak butuh waktu lama, tumpahan minyak menyebar dengan cepat ke aliran sungai dan akhirnya mencapai Teluk Guanabara. Dampaknya langsung terasa: ikan-ikan mati, perairan tercemar, dan warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai mulai menunjukkan gejala keracunan. Bau menyengat dari zat kimia yang terbawa udara semakin memperburuk kondisi di lapangan.

Nelayan tradisional yang tergabung dalam organisasi seperti Association of Crab Farmers and Friends of the Mangroves of Magé (ACAMM) dan Association of Men and Women of the Sea (AHOMAR) langsung bereaksi. Mereka bergerak cepat, melaporkan insiden tersebut ke lembaga lingkungan hidup setempat dan menyebarkan informasi melalui media sosial, berharap ada tindakan cepat untuk menanggulangi bencana ini.

Baca Juga: Belajar Audit Energi Bersama PP Muhammadiyah dan UGM, Menggali Potensi Efisiensi Energi dan Pengurangan Emisi Karbon

Kekhawatiran utama nelayan adalah tumpahan minyak terjadi tepat di masa jeda panen kepiting, periode penting untuk regenerasi ekosistem laut. Pendapatan mereka terancam, karena ekosistem yang rusak memengaruhi populasi rajungan, salah satu sumber mata pencaharian utama mereka. Ini menjadi pukulan telak bagi komunitas yang sangat bergantung pada kesehatan ekosistem laut.

Beruntung, Pemerintah Kota Magé melalui Departemen Lingkungan Hidup bertindak dengan cepat. Mereka memasang penghalang penahan untuk mencegah penyebaran zat pencemar lebih lanjut. Namun, kebocoran baru berhasil dihentikan sehari setelah insiden, dan kerusakan yang terjadi telah meluas.

Bagi komunitas lokal, Sungai Suruí memiliki arti lebih dari sekadar jalur air. Sungai ini adalah sumber kehidupan, dan simbol keberlanjutan ekologi di Teluk Guanabara. Insiden tumpahan minyak ini menegaskan betapa rapuhnya ekosistem tersebut, dan betapa ketergantungan komunitas lokal terhadap alam menjadi semakin rentan akibat kerusakan lingkungan.

Baca Juga: Pantau Kesehatan Jantung Tanpa Ribet! Fitur ECG di Garmin Fēnix 8 Bikin Kamu Waspada Sebelum Terlambat!

Melihat situasi ini, GreenFaith, organisasi internasional yang berfokus pada keadilan lingkungan, menyatakan dukungannya kepada nelayan tradisional dan warga Suruí. Mereka menuntut tanggung jawab penuh dari perusahaan yang terlibat dalam kecelakaan tersebut. Bagi GreenFaith, pemulihan yang adil bagi masyarakat terdampak dan perbaikan lingkungan yang komprehensif adalah hal yang mutlak diperlukan.

Tragedi ini juga menjadi panggilan mendesak untuk transisi dari ketergantungan terhadap industri minyak menuju sumber energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. GreenFaith menyerukan pendekatan preventif dalam menjaga ekosistem, agar bencana seperti ini tidak terulang kembali.

GreenFaith berdiri bersama nelayan tradisional dan warga Suruí, berkomitmen untuk memperjuangkan masa depan yang lebih adil. Di tengah ancaman lingkungan yang semakin nyata, harapan akan masa depan di mana hak-hak komunitas terlindungi dan ekosistem tetap lestari menjadi tujuan utama perjuangan mereka.

Baca Juga: Bangga!, 10 Negara Ini Ternyata Lancar Berbahasa Indonesia

Insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya pendekatan preventif dalam menjaga ekosistem. Juga menjadi momen untuk merenungkan pentingnya beralih dari ketergantungan pada industri minyak menuju alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saatnya kita bergerak menuju masa depan yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: greenfaith.org

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X