Tanah longsor juga nggak jarang terjadi di wilayah perbukitan, dan krisis air bersih terus menghantui beberapa daerah di Indonesia.
Belum lagi perdagangan satwa liar yang masih marak.
Krisis lingkungan ini nggak bisa dipandang sebelah mata. Tapi, di tengah krisis ini, ada satu pertanyaan yang mulai mencuat: Apa peran agama, khususnya Islam, dalam menanggulangi masalah ini?
Apakah konsep Green Islam bisa jadi jawaban untuk climate change di Indonesia?
Baca Juga: Oase Unik di Tengah Kota Bandung, Ngopi Sambil Bermain dengan Kucing di Warkop Modjok
Menurut riset dari PEW, Indonesia merupakan negara paling religius di dunia. Bahkan, Indonesia berhasil mengalahkan beberapa negara Timur Tengah dalam hal tingkat religiositas.
Data menunjukkan, 98% masyarakat Indonesia menganggap agama penting dalam hidup mereka, dan 96% percaya bahwa seseorang harus beriman kepada Tuhan untuk bisa bermoral.
Jadi, dengan tingginya tingkat religiositas ini, bukankah seharusnya ada korelasi yang kuat antara kesadaran beragama dan kesadaran lingkungan?
Di sinilah ide tentang Green Islam masuk. Green Islam adalah konsep yang menggabungkan nilai-nilai Islam dengan upaya pelestarian lingkungan.
Sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi moralitas, Islam sejatinya mengajarkan pentingnya menjaga alam.
Dalam beberapa ayat Al-Quran, kita bisa menemukan perintah untuk menjaga bumi dan segala isinya. Tapi, sayangnya, belum banyak yang benar-benar mengimplementasikan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apa yang sebenarnya bisa dilakukan?
Mungkin masalahnya adalah kurangnya pengarusutamaan konsep lingkungan dalam ajaran agama di Indonesia.
Kita terbiasa mendengar ceramah soal moralitas, hubungan antar-manusia, atau akhirat, tapi jarang mendengar khotbah yang menekankan pentingnya menjaga alam.