HUKAMANEWS GreenFaith - Di tengah isu global tentang krisis iklim dan kebutuhan akan transisi energi yang berkelanjutan, Hening Parlan, Koordinator GreenFaith Indonesia, Wakil Ketua MLH PP Muhammadiyah, dan Wakil Ketua MLH PP ‘Aisyiyah mengemukakan pandangan yang unik dan inspiratif mengenai pentingnya transisi energi berkeadilan.
Untuk menerangi jalan menuju transisi energi yang adil dan berkelanjutan, Hening menawarkan perspektif berbeda, yakni sudut pandang spiritualitas keagamaan.
Bagi Hening Parlan, transisi energi bukan sekadar peralihan dari sumber energi fosil ke energi terbarukan. Lebih dari itu, transisi energi merupakan sebuah transformasi moral dan spiritual yang menuntut perubahan paradigma dalam memandang hubungan manusia dengan alam.
Baca Juga: Jamaah Islamiyah Resmi Bubar, Apresiasi Tokoh NU dan Pakar Terorisme
Transisi energi berkeadilan sendiri merupakan proses mengubah sistem energi dari yang bergantung pada bahan bakar fosil menjadi energi terbarukan, dengan mempertimbangkan aspek keadilan sosial dan ekonomi.
Di Indonesia, tantangan transisi energi ini sangat kompleks mengingat ketergantungan negara pada batu bara dan minyak bumi, serta berbagai kepentingan ekonomi yang melibatkan banyak pihak.
Hening Parlan menekankan bahwa transisi energi bukan hanya soal teknologi atau ekonomi, tetapi juga tentang keadilan sosial.
Baca Juga: Makin Bugar Pasca Operasi Cedera Kaki, Prabowo Pamer Pose Silat di Istana
"Transisi energi harus memastikan bahwa semua lapisan masyarakat mendapat manfaat, terutama mereka yang selama ini terpinggirkan," ujarnya.
Di sisi lain, Hening Parlan juga mengkritik sistem ekonomi yang berpusat pada eksploitasi sumber daya alam tanpa henti, yang menurutnya bertentangan dengan ajaran agama-agama yang menekankan keseimbangan dan keselarasan dengan alam.
Hening menyerukan transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan, yang menghargai kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Perspektif Spiritualitas Keagamaan
Dalam berbagai ceramah dan tulisannya, Hening Parlan menekankan bahwa agama-agama di Indonesia memiliki kekayaan tradisi dan nilai-nilai yang dapat menjadi panduan dalam transisi energi.
Contohnya, konsep khalifah dalam Islam yang menandakan tanggung jawab manusia untuk mengelola bumi dengan bijaksana. Atau nilai kesederhanaan dalam agama Buddha yang mendorong gaya hidup hemat energi.