Eco Bhinneka Muhammadiyah Gelar Festival SHE 2025: Dari Ekoteologi Menuju Keadilan Iklim

photo author
- Sabtu, 11 Oktober 2025 | 20:37 WIB
DR. KH. Saad Ibrahim, M.A, merupakan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah memukul gong tanda SHE Festival dibuka pada Sabtu, 11 Oktober 2025
DR. KH. Saad Ibrahim, M.A, merupakan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah memukul gong tanda SHE Festival dibuka pada Sabtu, 11 Oktober 2025

HUKAMANEWS GreenFaith — Di tengah meningkatnya ancaman krisis iklim dan menipisnya solidaritas sosial, Eco Bhinneka Muhammadiyah menghadirkan oase harapan melalui Festival S.H.E (Sustainability, Harmony, and Equality) 2025 yang digelar di Hotel Ibis Pontianak, Kalimantan Barat, pada 11–12 Oktober 2025.

Festival bertema “Dari Ekoteologi Menuju Keadilan Iklim” ini menjadi ajang pertemuan lintas iman dan budaya yang mempertemukan ratusan pemuda, aktivis lingkungan, akademisi, dan tokoh agama dari berbagai daerah di Indonesia. Melalui forum ini, peserta membangun kesadaran bahwa menjaga bumi bukan hanya tugas ekologis, tetapi juga panggilan spiritual dan moral kemanusiaan.

Acara dibuka dengan doa bersama enam pemuka agama — Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu — sebagai simbol harmoni dan penghormatan terhadap keberagaman keyakinan di Indonesia. Suasana hangat dan khidmat seketika memenuhi ruangan, menggambarkan semangat kebersamaan untuk merawat bumi.

Lintas Iman dan Ekoteologi untuk Bumi

Dalam sambutannya, Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, menjelaskan bahwa Festival S.H.E merupakan refleksi perjalanan panjang gerakan lintas iman yang telah berlangsung hampir lima tahun.

“Sustainability, Harmony, dan Equality adalah kesyukuran kami bersama. Semua agama mengajarkan kebaikan yang sama: merawat bumi, menjaga sesama, dan memuliakan kehidupan. Eco Bhinneka dilahirkan sebagai jembatan antara iman, kebersamaan, dan lingkungan,” ujar Hening.

Sementara itu, Mutiara Pasaribu, Country Coordinator Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA) Indonesia, menegaskan bahwa Eco Bhinneka merupakan bagian dari inisiatif global yang memperkuat toleransi, kebebasan beragama, dan kerja sama lintas iman.

“Selama lima tahun, Eco Bhinneka telah menghadirkan ruang perjumpaan lintas iman yang membuktikan bahwa keragaman bukan penghalang, melainkan kekuatan untuk menyatukan,” ujarnya.

Menurut Mutiara, festival ini bukan sekadar penutupan program, melainkan perayaan atas perjalanan kolaborasi dan refleksi spiritual yang melahirkan gerakan nyata menuju keadilan iklim.

Iman, Keadilan, dan Tanggung Jawab terhadap Alam

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. KH. Saad Ibrahim, M.A., mengingatkan bahwa teologi lingkungan merupakan fondasi moral baru dalam menghadapi krisis global.

“Menjaga alam bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban spiritual. Keadilan iklim hanya bisa terwujud bila manusia beriman kepada Tuhan sekaligus berkomitmen terhadap keadilan sosial,” ujarnya.

Rangkaian S.H.E Festival turut diisi Seminar Nasional Lintas Iman bertema “Dari Ekoteologi Menuju Keadilan Iklim” yang menghadirkan narasumber seperti Romo Andang Binawan, Farida Abdulbasit (Faith to Action Network), dan Ahmad Jojon Novandri (Kementerian Agama RI).

Para pembicara menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai iman dan ilmu pengetahuan dalam menghadapi perubahan iklim, serta mendorong kebijakan yang berkeadilan bagi kelompok rentan, terutama perempuan dan masyarakat adat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X