‘Crazy Ustadz’ dan Mimpi Besar Ananto Isworo Mewujudkan Masjid Hijau Brajan
HUKAMANEWS GreenFaith — Masjid Al-Muharram di Dusun Brajan, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, menjadi pelopor upaya penghijauan berbasis iman. Di balik kiprah masjid ini berdiri sosok Ananto Isworo, Ketua Takmir Masjid sekaligus penggagas Gerakan Shadaqah Sampah dan aktivis Eco Masjid Indonesia.
Bukan perkara mudah menjadikan rumah ibadah sebagai pusat kesadaran lingkungan. Namun, Ananto memilih menempuh jalan sunyi itu dengan memadukan ajaran Al-Qur’an dan aksi nyata. Baginya, upaya menjaga bumi bukan sekadar tren, melainkan bentuk konkret dari perintah Tuhan.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia,” kutipnya dari Surah Ar-Rum ayat 41, yang menjadi pijakan spiritual gerakan ini.
Masjid Al-Muharram kini menerapkan tujuh prinsip eco-masjid. Dari arsitektur ramah lingkungan yang memanfaatkan pencahayaan alami dan ventilasi silang, hingga penggunaan panel surya sebagai sumber energi bersih. Pemanfaatan air hujan dan air wudu melalui sumur resapan, serta penghijauan kawasan masjid, turut memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan.
Energi matahari dipilih bukan tanpa alasan. Menurut Ananto, pemadaman listrik yang kerap terjadi di wilayahnya sering kali mengganggu kegiatan ibadah.
“Saat shalat berjamaah, lampu tiba-tiba padam. Tidak hanya mengganggu kekhusyukan, tapi juga membuat masjid gelap gulita,” ujarnya.
Solusinya datang dari langit—secara harfiah. Panel surya kini menjadi sumber listrik alternatif yang menopang kegiatan masjid.
Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid ini juga menjadi pusat edukasi lingkungan. Gerakan Shadaqah Sampah yang diinisiasi Ananto mendorong warga menyumbangkan sampah anorganik mereka. Hasil penjualannya digunakan untuk pembiayaan kegiatan sosial dan lingkungan, termasuk pengadaan panel surya.
Ananto bukan orang baru dalam dunia dakwah berbasis komunitas. Ia pernah menjadi delegasi Indonesia pada Global Forum on Environment di Paris tahun 2020, serta meraih Kalpataru tingkat kabupaten hingga provinsi untuk kategori perintis dan pembina lingkungan.
Namun, pencapaian itu tak membuatnya lupa tujuan awal. “Islam datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Maka umatnya harus hadir sebagai penjaga bumi, bukan perusaknya,” katanya.
Langkah kecil Masjid Al-Muharram di Brajan mungkin belum mengubah dunia. Namun, sebagaimana embun yang menetesi tanah gersang, gerakan ini menjadi inspirasi bahwa transformasi spiritual dapat berjalan seiring dengan transformasi ekologis. Masjid, dalam wujud paling idealnya, kembali menjadi pusat peradaban—yang mencerahkan dan menyejukkan semesta.***
Artikel Terkait
Dari Dusun Sangurejo Kita Belajar, Peran Agama dalam Mendorong Aksi Lingkungan yang Nyata
Meski Punya Energi Terbarukan Hingga 2,243 MW, Bali Pernah Gelap Gulita, Blackout di Pulau Dewata Jadi Alarm Krisis Energi
Paus Leo XIV Resmi Terpilih, Tegaskan Komitmen dan Tantang Dunia Lakukan Aksi Nyata Selamatkan Lingkungan
Desa Krandegan Manfaatkan Panel Surya untuk Irigasi Sawah, Hemat Energi dan Dongkrak Produktivitas Petani
Jadi Negara Pertama Larang Deforestasi Hutan, Norwegia Tunjukkan Komitment Lindungi Lingkungan Tanpa Ganggu Ekonomi
Desa Krandegan Purworejo Buktikan Panel Surya Bisa Gantikan BBM Solar untuk Pengairan Sawah, Petani Untung Besar dan Lingkungan Lestari