Muhammad Zulyadri dari Transport For Bandung menambahkan bahwa problemnya bukan cuma di kualitas, tapi juga di koordinasi antar lembaga.
“Jangankan adil, pelayanannya aja belum terintegrasi. Kalau minta perubahan, biasanya yang muncul malah lempar tanggung jawab,” katanya.
Sementara itu, Zulhamka Julyanto dari BILiC Indonesia mengangkat sudut pandang yang jarang dibahas: kelompok disabilitas.
Menurutnya, akses ke transportasi yang setara bukan cuma soal kenyamanan, tapi tentang produktivitas dan penghapusan stigma negatif.
“Teman-teman disabilitas bukan gak mau produktif, tapi sistemnya belum ramah. Naik ojek online pun mahal,” ujarnya.
Pernyataan-pernyataan ini memperjelas satu hal: isu transportasi publik itu bukan sekadar soal macet atau terlambat sampai tujuan.
Lebih dalam dari itu, ada dampak lingkungan, kesehatan, dan keadilan sosial yang ikut terlibat.
Kualitas udara yang buruk tak cuma bikin batuk-batuk, tapi juga membahayakan ibu hamil dan anak dalam kandungan.
Dan kalau ini terus dibiarkan, krisis iklim bukan sekadar wacana, tapi ancaman nyata.
Baca Juga: Sangurejo dan Revolusi Hijau dari Mimbar, Ketika Framing Agama Jadi Motor Aksi Lingkungan
Jadi, kenapa pemerintah belum serius? Apakah harus nunggu situasinya makin parah dulu baru bergerak?
Revitalisasi transportasi publik itu bukan pilihan, tapi keharusan.
Kita butuh sistem yang terintegrasi, ramah pengguna, dan adil untuk semua kalangan—termasuk anak muda, warga pinggiran, hingga penyandang disabilitas.
Karena kalau gak dimulai sekarang, siapa yang akan bertanggung jawab saat kualitas hidup makin memburuk?
Artikel Terkait
Gunakan Panel Surya dan Kincir Angin, Dusun Bondan Kampung Laut Cilacap Jawa Tengah Merdeka Lewat Energi Terbarukan
Danau Singkarak, PLTS Terapung Terbesar Sumatra yang Memicu Kontroversi
Gerakan Puasa Energi di Bulan Ramadan Berhasil Hemat 59.063 Jam & Selamatkan Puluhan Juta Rupiah
Nuzulul Quran dan Pesan Al-Qur'an, Kenali Istilah Ekologis yang Bisa Ubah Cara Kita Menjaga Bumi
Mengenal Santo Fransiskus dari Assisi, Ajarannya Tentang Alam Bisa Ubah Cara Pandangmu Tentang Lingkungan Hidup