COP29 Azerbaijan Resmi Ditutup, Hasil KTT Iklim Mengecewakan

photo author
- Senin, 25 November 2024 | 06:00 WIB
COP29 Azerbaijan resmi ditutup dengan hasil mengecewakan
COP29 Azerbaijan resmi ditutup dengan hasil mengecewakan

Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Samoa, Toeolesulusulu Cedric Schuster, mengungkapkan rasa kecewa yang mendalam.

"Pendapat kami tidak didengar. Kami ingin perubahan, tetapi proses diskusinya tidak inklusif," katanya.

Baca Juga: iPhone 17 Tanpa Kamera Periskop? Cuma yang Sultan Bisa Nikmati Fitur Mewah Ini, Siap Upgrade atau Tetap Setia di Versi Biasa?

Protes ini menunjukkan betapa seriusnya dampak yang dirasakan oleh negara-negara yang paling rentan, namun suara mereka sering kali terabaikan dalam pembicaraan yang dipenuhi kepentingan politik global.

Setelah COP29, harapan sempat disandarkan pada KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil. Sayangnya, pertemuan antara negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini juga gagal memberikan solusi yang diharapkan.

Meskipun ada komitmen untuk mengurangi subsidi bahan bakar fosil, tidak ada langkah konkrit yang diambil untuk mengurangi konsumsi fosil secara keseluruhan atau beralih ke energi terbarukan. Ini semakin memperburuk kekhawatiran bahwa dunia sedang berjalan ke arah yang salah dalam mengatasi perubahan iklim.

Lebih jauh lagi, masa depan pendanaan aksi iklim yang telah dijanjikan terancam karena potensi kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS pada 2025.

Baca Juga: Tantangan Independensi Pimpinan Baru KPK di Tengah Kepercayaan Publik Memudar dan Pergeseran Lanskap Pemberantasan Korupsi

Trump yang selama masa jabatannya sebelumnya menarik AS keluar dari Perjanjian Paris dan memperbesar pengeluaran emisi, berpotensi memperburuk situasi jika kembali berkuasa. Jika itu terjadi, harapan untuk dana aksi iklim bisa semakin terkikis.

Meskipun COP29 berakhir dengan hasil yang mengecewakan, masih ada harapan kecil untuk masa depan. Dengan dana 300 miliar dolar AS yang telah terkumpul, beberapa pihak menyebutkan ini sebagai langkah pertama yang penting, meskipun jauh dari yang dibutuhkan. Guterres dan sejumlah pemimpin dunia tetap mendorong agar proses ini terus berlanjut, mengingat kita berada di ambang krisis yang jika tidak segera ditangani akan berdampak pada generasi mendatang.

Namun, untuk mencapai tujuan yang lebih besar, dunia perlu bergerak lebih cepat dan lebih jauh lagi. Tanpa komitmen dan kolaborasi yang lebih kuat antara negara-negara maju dan berkembang, serta sektor swasta, upaya mitigasi perubahan iklim akan tetap terasa seperti sekadar janji yang belum terpenuhi.*** 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB
X