bisnis

Shutdown Pemerintah AS Bikin Dolar Melemah, Pasar Saham Justru Menguat

Kamis, 2 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Grafik pergerakan dolar AS melemah saat shutdown pemerintah. (HukamaNews.com / Canva)

HUKAMANEWS – Ketidakpastian politik di Amerika Serikat kembali mengguncang pasar global.

Shutdown pemerintah yang baru saja dimulai, ditambah dengan data tenaga kerja swasta yang lebih lemah dari perkiraan, membuat dolar AS tergelincir. Namun menariknya, bursa saham Wall Street justru mencatat penguatan.

Pelemahan dolar AS ini menambah sentimen bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan kembali memangkas suku bunga dua kali lagi pada tahun 2025.

Di sisi lain, investor memilih mengalihkan fokus ke saham-saham kesehatan dan teknologi, yang justru menguat meski bayang-bayang resesi dan kebuntuan politik masih menghantui.

Baca Juga: BSya by BCA Syariah: Revolusi Finansial Generasi Muda yang Syar’i dan Berkah

Situasi ini menunjukkan paradoks klasik pasar keuangan global: ketidakpastian politik bisa menekan mata uang, tetapi pada saat yang sama mendorong investor mencari peluang di pasar modal.

Fenomena ini juga berimbas pada sentimen pasar di Asia, termasuk Indonesia, yang sering kali terpengaruh oleh pergerakan dolar.

Dolar AS Tergelincir, Yen dan Euro Menguat

Berdasarkan data ADP National Employment Report, lapangan kerja swasta AS menyusut 32.000 pada September 2025, jauh di bawah perkiraan kenaikan 50.000.

Angka ini semakin menegaskan pelemahan ekonomi, terutama setelah revisi data Agustus juga menunjukkan penurunan.

Penurunan data ketenagakerjaan ini membuat indeks Dolar (DXY) turun 0,2 persen menjadi 97,68. Dolar AS melemah 0,6 persen terhadap Yen ke level 147,07, posisi terendah sejak 17 September.

Baca Juga: BBM Masih Kosong di SPBU Swasta, Padahal Pertamina Sudah Kirim Kargo: Ada Apa?

Terhadap Euro, greenback juga tergerus 0,1 persen menjadi 1,1738 dolar AS, sementara terhadap Poundsterling melemah 0,3 persen ke 1,3487 dolar AS.

Para analis menilai, jika shutdown berlangsung lama, publikasi sejumlah indikator penting seperti laporan ketenagakerjaan non-pertanian (NFP) juga akan tertunda.

Kondisi ini menambah ketidakpastian bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunga.

Halaman:

Tags

Terkini