HUKAMANEWS - Peringatan keras dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal tarif 32 persen terhadap produk impor memicu perhatian banyak negara, termasuk Indonesia.
Trump menegaskan, negara yang menerapkan tarif balasan terhadap kebijakan dagangnya akan menghadapi konsekuensi serius.
Indonesia yang selama ini menjalin hubungan dagang dengan Amerika Serikat, kini tengah menghadapi tekanan serius.
Di tengah situasi tersebut, Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arif Havas Oegroseno menyampaikan strategi penting yang layak menjadi perhatian.
Baca Juga: Gegara Masuk BRICS Tarif AS ke Indonesia Naik Tajam, Sri Mulyani: Indonesia Tetap Netral dan Terbuka
Menurutnya, ketergantungan Indonesia terhadap pasar Amerika Serikat sebetulnya tidak sebesar yang dibayangkan.
Ia menekankan bahwa kontribusi Amerika dalam perdagangan global hanya sekitar 15 persen.
Sebaliknya, 80 persen pasar dunia berada di luar dominasi Negeri Paman Sam.
Melihat fakta tersebut, Arif menyarankan Indonesia untuk tidak terpaku pada satu poros dagang saja.
Baginya, diversifikasi mitra perdagangan adalah langkah wajib jika Indonesia ingin tetap stabil secara fiskal.
"Indonesia harus perluas jangkauan. Pasar-pasar lama seperti Uni Eropa masih potensial, dan pasar baru di Afrika atau Amerika Latin juga menjanjikan," ujar Arif saat ditemui di Gedung Nusantara II, DPR RI, Selasa, 8 Juli 2025.
Lebih jauh, Arif juga menyoroti pentingnya memperkuat hubungan dagang di kawasan Asia Tenggara.
Menurutnya, kawasan ini menyimpan potensi besar jika hambatan perdagangan bisa dikaji ulang.
"Perlu dilihat kembali apakah ada barrier dalam perdagangan Asia Tenggara yang bisa dikurangi atau dihapuskan agar transaksi meningkat," jelasnya.