HUKAMANEWS - Hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan kontroversial soal tarif resiprokal.
Trump mengancam akan memberlakukan tambahan tarif 10 persen kepada negara-negara yang dianggap mendukung kebijakan anti-Amerika dari aliansi ekonomi BRICS, termasuk Indonesia yang baru saja bergabung.
Tak hanya itu, produk Indonesia kini dikenai tarif hingga 32 persen, tertinggi dibanding negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia (25 persen) dan Vietnam (20 persen).
Trump juga mengisyaratkan kemungkinan menaikkan tarif menjadi 42 persen apabila Indonesia memberlakukan tarif balasan terhadap produk AS.
Pernyataan Trump ini memicu banyak perhatian karena dianggap berlebihan dan agresif secara diplomatik.
Meski tekanan dari Washington terus berdatangan, Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap merespons dengan sikap tenang.
Ditemui di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (9/7/2025), Sri Mulyani menegaskan bahwa hubungan Indonesia dengan AS masih berjalan secara seimbang dan profesional.
Menurutnya, kerja sama dengan Amerika Serikat tidak hanya soal perdagangan, tetapi juga investasi dan strategi yang saling menguntungkan.
Sri Mulyani turut menegaskan bahwa sebagai negara nonblok, Indonesia tetap membuka diri untuk menjalin kerja sama dengan berbagai negara.
“Indonesia tetap berkomitmen menjaga hubungan internasional yang berlandaskan pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” ujarnya.
Pernyataan ini muncul tak lama setelah surat resmi dari Trump kepada Presiden Prabowo Subianto beredar luas di media sosial.
Dalam surat tersebut, Trump menegaskan bahwa angka 32 persen itu masih belum cukup untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS dengan Indonesia.
Trump bahkan mengultimatum, apabila Indonesia berani menaikkan tarif balasan, maka AS akan langsung menggandakan tarif yang sudah dikenakan.