HUKAMANEWS - Kebijakan tarif impor Amerika Serikat, harus segera disikapi Indonesia dengan menguatkan pasar lain di Asia. Langkah penting ini dilakukan agar Indonesia dapat terus bersaing di panggung ekonomi global.
“Perubahan kebijakan global memang tidak bisa dihindari, tapi yang paling penting adalah bagaimana kita meresponsnya dengan strategi yang tepat agar Indonesia tetap menjadi pemain utama dalam ekonomi dunia," kata CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 15 Februari 2025.
Johanna menyampaikan bahwa Indonesia perlu melakukan reformasi struktural, memperkuat kebijakan yang mendukung investor, dan meningkatkan daya saing industri lokal agar tetap kompetitif.
Baca Juga: Pagar Laut Bekasi Dibongkar! PT TRPN Gercep Urus Izin, Pelabuhan Baru Segera Hadir?
Ia menjelaskan, salah satu perubahan besar yang datang dari Amerika Serikat adalah kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump, di mana hal ini memengaruhi banyak negara termasuk Indonesia.
Misalnya, kebijakan tarif impor yang lebih tinggi dan perubahan perjanjian perdagangan bisa menantang ekspor Indonesia ke AS, khususnya di sektor tekstil, manufaktur, dan komoditas unggulan seperti minyak kelapa sawit dan karet. Namun, Johanna mengingatkan bahwa ini bukanlah alasan untuk pesimis.
“Indonesia perlu segera memperkuat hubungan dengan pasar alternatif di negara-negara Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Ini akan membantu mengurangi ketergantungan pada ekspor ke AS,” ujarnya.
Baca Juga: Xiaomi 15 Ultra Bocor! Desain Dua Warna dan Kamera Canggih Jadi Sorotan
Selain itu, reformasi pajak di AS yang dirancang untuk menarik investasi kembali ke sana berpotensi mengurangi aliran investasi asing ke negara berkembang seperti Indonesia. Namun di balik tantangan ini, ada peluang besar bagi Indonesia untuk menciptakan kebijakan yang lebih menarik seperti insentif bagi investor.
Di sektor keuangan, kebijakan suku bunga yang lebih tinggi di AS dapat memengaruhi nilai tukar rupiah, yang pada gilirannya bisa menambah tantangan bagi sektor yang bergantung pada impor dan utang dalam mata uang asing.
Namun, Grant Thornton menekankan bahwa Indonesia bisa menghadapinya dengan membangun ketahanan ekonomi, memperkuat cadangan devisa, dan menjaga kebijakan fiskal yang fleksibel.
Tak hanya itu, perubahan kebijakan bantuan luar negeri dari AS melalui USAID juga memengaruhi Indonesia. Pengurangan anggaran ini bisa memengaruhi beberapa program sosial dan pembangunan yang selama ini didanai oleh USAID.
“Kita bisa mencari sumber pendanaan lain dengan lebih banyak berkolaborasi dengan sektor swasta dan organisasi internasional,” ungkap Johanna.