Daya Beli Masyarakat Jelang Idul Fitri Mulai Melambat, Ini Sebabnya

photo author
- Kamis, 27 Februari 2025 | 13:31 WIB
Pergerakan ekonomi masyarakat mulai melambat saat Idul Fitri nanti, Kamis (27/2)  (Elizabeth Widowati )
Pergerakan ekonomi masyarakat mulai melambat saat Idul Fitri nanti, Kamis (27/2) (Elizabeth Widowati )

HUKAMANEWS - Ketika kebijakan ekonomi pemerintahan baru banyak menimbulkan pro dan kontra, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan, pasti akan membawa perubahan tren konsumsi masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri tahun 2025.

Pakar Indef itu mengatakan perayaan Ramadan dan Lebaran masih akan tetap meriah, tapi ada penyesuaian.

“Nanti ketika Lebaran pun tetap akan ramai, tapi masyarakat akan menyesuaikan dengan kantong. Mereka akan tetap mudik, dan lain sebagainya, tapi ada cara sendiri untuk berlebaran dan menyambut bulan Ramadan,” katanya, 

Baca Juga: Sampah di Jakarta Bakal Bejibun Selama Ramadhan, Kalau Tidak Dikontrol

Hal ini juga merupakan pengaruh dari turunnya daya beli masyarakat menyusul sejumlah gejolak politik dan ekonomi yang terjadi baru-baru ini di Indonesia.

Selain itu, dia menilai turunnya jumlah kelas menengah juga menjadi faktor turunnya daya beli.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia menurun dari 57,33 juta jiwa pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada tahun 2024.Penurunan ini setara dengan 9,48 juta orang yang turun kelas, sehingga dapat berdampak pada pelemahan perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Samsung Galaxy Z Flip7 Makin Gahar dengan Layar Lebih Luas, Kamera 50 MP, dan Lipatan Halus

“Daya beli itu memang melemah, karena dibuktikan dengan turunnya jumlah kelas menengah, di angka 9-10 juta,” ujar Esther.

Di sisi lain, kenaikan harga itu lebih cepat daripada kenaikan upah, membuat pendapatan riil kita turun. Artinya nilai uang kita turun. Kemudian kita lihat bahwa sekarang ini ada efisiensi anggaran, dan lainnya, tapi yang kena juga kelas menengah.

Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto menilai naik-turunnya daya beli masyarakat sangat tergantung pada sumber kebijakan pemerintah seperti kenaikan upah buruh.

Baca Juga: Dari Imut Sampai Gagah! Ini 5 Ras Kucing Paling Populer di Dunia yang Bikin Jatuh Cinta Seketika!

“Kenaikan upah buruh itu langsung berpengaruh ke daya beli masyarakat. Namun, pemerintah kita saya rasa terlalu konservatif dalam menaikkan kebijakan upah buruh,” katanya.

“Itu kenapa secara relatif sebetulnya dalam sepuluh tahun ini ekonomi masyarakat kelas ekonomi bawah merasakan penderitaan yang semakin berat,” ujarnya menambahkan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X