Baca Juga: Kisah Mbah Dahoeni, ODGJ Asal Salatiga yang Dibawa Berobat ke RSJ Magelang dengan Penuh Dramatis
- Topjek: Fitur Unggulan yang Tak Cukup
Saat pertama kali dirilis, TopJek menawarkan tarif murah tanpa promosi. Fitur chatroom menjadi keunggulan yang tidak ada di aplikasi Grab dan Gojek. Selain itu, mereka membatasi pengemudi dengan seleksi ketat hingga 10.000 pengemudi. Namun, Topjek tidak bertahan lama dan akhirnya bangkrut.
- Ojekkoe: Dari Kesuksesan ke Keheningan
Ojekkoe, yang pernah memiliki 500 mitra pengemudi, harus berhenti beroperasi. Meskipun awalnya menarik perhatian dengan biaya minim Rp2.500 per hari, Ojekkoe akhirnya menjadi tidak aktif.
Meskipun beberapa perusahaan ojol telah mengalami kegagalan, kisah kesuksesan Gojek dan Grab tetap menunjukkan potensi besar pasar ojol di Indonesia.
Persaingan yang ketat mendorong perusahaan untuk terus berinovasi demi kelangsungan bisnis mereka di tengah dinamika industri yang terus berkembang.***
Artikel Terkait
Miliki Mobilitas Tinggi, Pengemudi Ojol Siap Jadi Agen Pemilu Damai dalam Forum Ojol Yogyakarta Bergerak FOYB