analisis

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB
Dr. Pieter C Zulkifli, SH. MH.

Tragedi ini seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa demokrasi bukan pesta lima tahunan, melainkan ruang hidup sehari-hari. Ia harus dijaga dengan hukum yang adil, politik yang bermoral, dan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat. Jika tidak, sejarah akan terus menagih harga mahal: nyawa dan perpecahan.

Kematian Affan harus menjadi titik balik. Jangan biarkan ia sekadar menjadi angka dalam laporan. Dari tragedi itu, seharusnya lahir kesadaran kolektif bahwa negara tidak boleh abai pada nyawa rakyatnya sendiri. Kekuasaan tanpa empati hanya akan melahirkan kehancuran.

Agustus kelabu telah berlalu. Kini saatnya menyulam kembali tenunan kebangsaan yang sempat koyak. Bukan dengan retorika kosong, tetapi dengan langkah nyata: menghentikan arogansi, membenahi kebijakan, dan membuka ruang dialog yang jujur.

Suara rakyat adalah penopang demokrasi. Persatuan adalah napas bangsa. Mari kita rawat keduanya, sebab hanya dengan itu Indonesia bisa tetap berdiri tegak. Mari kita jaga Indonesia.***

Halaman:

Tags

Terkini

Membenahi Gagap Nalar Peradilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:37 WIB

Bandara IMIP dan Hilangnya Kedaulatan Negara

Kamis, 27 November 2025 | 15:06 WIB

Rapuhnya Integritas “Wakil Tuhan di Muka Bumi”

Senin, 27 Oktober 2025 | 10:00 WIB

DPR dan Mutu Rendah Legislasi

Senin, 13 Oktober 2025 | 07:00 WIB

Jalan Terjal Mengembalikan Akal Sehat Kekuasaan

Senin, 6 Oktober 2025 | 12:00 WIB

“Mental Stunting” Pejabat

Sabtu, 13 September 2025 | 09:00 WIB

Keadilan Fiskal dan Martabat Demokrasi

Senin, 8 September 2025 | 11:00 WIB

Menyulam Tenun Kebangsaan, Menjaga Indonesia

Rabu, 3 September 2025 | 22:00 WIB