Dualisme kepemimpinan ini berpotensi menurunkan kepercayaan publik serta para pelaku usaha pada organisasi yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Hubungan Gelap Penguasa dan Pengusaha
Di balik segala drama ini, yang paling menonjol adalah bagaimana hubungan antara penguasa dan pengusaha kian menguat. Dalam skenario seperti ini, para pengusaha yang dekat dengan lingkaran kekuasaan semakin leluasa untuk berburu akses sumber daya ekonomi, yang pada akhirnya memengaruhi kebijakan publik. Di sisi lain, pemerintah menikmati dukungan finansial yang dibutuhkan untuk mempertahankan kekuasaannya.
Hubungan simbiosis ini, meskipun menguntungkan bagi kedua belah pihak, meninggalkan rakyat dalam posisi yang rentan. Karena, siapa yang bisa menjamin bahwa kepentingan rakyat akan diutamakan di tengah tarikan kepentingan politik dan ekonomi yang kompleks?
Dengan demikian, publik tidak bisa berharap bahwa peralihan kepemimpinan di tubuh Kadin akan membawa manfaat bagi masyarakat luas. Yang tampak hanyalah pertarungan kekuasaan yang dimainkan oleh kartel pengusaha yang saling berebut untuk mendekat ke kekuasaan. Kadin yang seharusnya menjadi motor penggerak perekonomian justru terseret dalam konflik politik yang tidak berkesudahan.
Pada akhirnya, kita pun melihat dengan terang benderang bahwa hukum di negeri ini masih berpihak kepada siapa saja yang bisa merubah hukum itu sendiri, karena cara kerja kekuasaan masih saja suka-suka. Di sisi lain, kebenaran dan keadilan selalu diabaikan.
Kisruh internal ini menunjukkan bagaimana kekuatan modal dan politik saling berkait, menciptakan suatu lingkaran setan yang sulit untuk diputus. Siapa pun yang memimpin Kadin, pada akhirnya akan sulit melepaskan diri dari pengaruh pemerintah, sehingga menegaskan hubungan gelap yang terus berlangsung antara penguasa dan pengusaha.
Tepatlah jika dikatakan bahwa publik kembali menjadi pihak yang paling dirugikan dalam perebutan kekuasaan yang terjadi di balik pintu-pintu tertutup Kadin. ***