Indonesia Pilih Peluang DeepSeek daripada Pemblokiran, Sikap Berbeda di Tengah Kontroversi Global

photo author
- Selasa, 18 Februari 2025 | 16:34 WIB
DeepSeek AI dilarang di banyak negara, tapi Indonesia justru terbuka. (latenode/ HukamaNews.com)
DeepSeek AI dilarang di banyak negara, tapi Indonesia justru terbuka. (latenode/ HukamaNews.com)

HUKAMANEWS - Di tengah geliat perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat, Indonesia menunjukkan sikap terbuka terhadap teknologi AI terbaru, DeepSeek.

Sementara beberapa negara besar seperti Amerika Serikat dan Australia memilih untuk memblokirnya, Indonesia justru melihat DeepSeek sebagai peluang inovasi.

Wamenkomdigi Nezar Patria menyatakan bahwa pemerintah Indonesia tengah mengeksplorasi potensi AI buatan China ini untuk mempercepat pengembangan teknologi di dalam negeri.

Bagaimana Indonesia bisa mengambil langkah berbeda dalam menyikapi DeepSeek? Berikut ulasannya.

Baca Juga: Xiaomi 16 Pro dan Xiaomi 16 Ultra Siap Gebrak Pasar, Tantang Apple dengan Layar Superior

Indonesia dan Pendekatan Berbeda terhadap DeepSeek
Berbeda dengan negara-negara besar yang mulai memblokir penggunaan DeepSeek, Indonesia justru menganggap aplikasi AI asal China ini sebagai peluang besar.

Wamenkomdigi Nezar Patria menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia tengah mengeksplorasi teknologi ini dengan serius.

Di sela-sela diskusi di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 12 Februari 2025, Nezar mengatakan bahwa DeepSeek bisa menjadi salah satu alternatif yang menarik untuk pengembangan kecerdasan buatan di Indonesia.

DeepSeek: Inovasi yang Menarik Namun Kontroversial

DeepSeek, yang merupakan produk dari startup teknologi China, sudah menjadi sorotan sejak awal 2025.

Baca Juga: Pakai Alasan Praperadilan, Hasto Tak Mau Diperiksa KPK? Mantan Penyidik: Langsung Tahan Saja!

Menawarkan layanan serupa dengan ChatGPT dari OpenAI, DeepSeek mengundang perhatian global karena kemampuannya yang luar biasa dalam berinteraksi dan menghasilkan konten berbasis AI.

Namun, kehadirannya juga menuai kontroversi.

Beberapa negara seperti Korea Selatan, Italia, Taiwan, dan Australia telah memblokir aplikasi ini dengan alasan keamanan siber dan perlindungan data.

Meskipun demikian, Indonesia memilih untuk tidak ikut serta dalam langkah pemblokiran tersebut, melainkan lebih fokus pada potensi dan peluang yang dapat diambil dari teknologi ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Jiebon

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X