HUKAMANEWS — Hari ini seorang artis membagikan video keakraban seorang putri bersamanya. Disini ditunjukkan jelas bagaimana keduanya berinteraksi didepan media sosial untuk membuktikan kehadiran nyata ayah didalam keluarganya. Seolah menjawab fatherless, komentar netizen didalamnya.
Tak sadar kebiasaan orang tua membagikan foto atau informasi pribadi anak melalui media sosial semakin marak dalam beberapa tahun terakhir. Praktik yang kerap kali dikenal sebagai sharenting dianggap sebagai bentuk kebanggaan orang tua, namun di sisi lain justru menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Dibalik perilaku sharenting ini ternyata juga dapat berdampak pada privasi dan keamanan anak. Faktanya, dalam era digital, rekam jejak yang ditinggalkan di ruang maya tidak hanya memengaruhi citra anak saat ini, akan tetapi juga berpotensi memengaruhi kehidupan mereka di masa depan.
Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam Focus Group Discussion (FGD) DRTPM DIKTI yang diselenggarakan oleh Telkom University bertajuk ”Sharenting di Era Digital: Analisis Netnografi Terhadap Respon Netizen pada Konten Anak Viral di Instagram” yang dipimpin oleh Dr. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi, M.I.Kom, selaku ketua peneliti Hibah DRTPM DIKTI dari Telkom University, Bandung, 4 Oktober 2025.
FGD yang merupakan kelanjutan dari FGD sebelumnya dengan tema yang sama Sharenting di Era digital, menghadirkan narasumber dari mikro influencer sekaligus pengguna media sosial aktif. Yakni, Amanda, Dio, Rangga dan Shafira.
Kegiatan FGD ini memunculkan pendapat dari perspektif influencer yang aktif di media sosial baik sebagai konten creator maupun pengguna media sosial aktif.
"Praktek sharenting yang dilakukan orang tua sering sekali mengabaikan hak-hak anak, mereka merasa memiliki kuasa penuh atas anak sehingga bebas melakukan apa saja," ujar Amanda, seorang influencer yang setiap kali menggunakan media sosial.
Pandangan itu diperkuat oleh Dio, sebagai pengguna media sosial aktif, ia menyayangkan orang tua yang tidak melakukan seleksi lebih dulu dari konten yang akan di upload ke umum.
"Akibatnya netizen melakukan hujatan yang sebetulnya bukan karena kesalahan anak," sebut Dio menambahkan.
Namun meskipun demikian Dio mendukung, upaya sharing yang dilakukan orang tua bisa dijadikan pengalaman pengguna media sosial lain dengan mengambil yang baik den membuang yang buruk.
Melengkapi perspektif sebelumnya, Rangga mengatakan mendukung kegiatan yang dilakukan orang tua karena merupakan hak pribadi setiap pengguna media sosial.