لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ يَعْنِي يَوْمَ عَاشُورَاءَ [رواه أحمد و مسلم]
"Jika aku masih hidup hingga tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada hari kesembilan, yaitu hari Asyura". (HR Ahmad dan Muslim)
Anjuran untuk berpuasa pada hari Tasu'a ini menunjukkan, kepekaan Rasulullah SAW untuk membedakan amalan umat Islam dari tradisi Yahudi dan Nasrani, sekaligus menambah keutamaan ibadah dengan memperpanjang durasi puasa.
Terakhir, Sayyidah Hafshah r.a. menyampaikan:
عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ [رواه أحمد والنسائي]
"Dari Hafshah r.a., "Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW yaitu puasa Asyura, puasa sepuluh hari [Dzulhijjah], puasa tiga hari setiap bulan, dan shalat dua rakaat sebelum Subuh." (HR Ahmad dan an-Nasa'i)
Hadis ini menegaskan bahwa puasa Asyura adalah salah satu amalan yang konsisten dilakukan Rasulullah SAW, menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini dalam kehidupan beliau.
Puasa Tasu'a dan Asyura bukan hanya ibadah sunnah biasa, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghidupkan sunnah Rasulullah SAW, dan meneladani kepekaan beliau dalam menjaga identitas umat Islam.
Maka, marilah kita sambut Muharram dengan semangat berpuasa, meneladani Rasulullah SAW, dan meraih keberkahan dari amalan yang mulia ini.***