"Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya." (HR. Muslim, no. 1162).
Muharram juga menjadi saksi peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah para nabi.
Nabi Musa diselamatkan dari kejaran Fir’aun, kapal Nabi Nuh mendarat setelah banjir besar, dan Nabi Yunus keluar dari perut ikan.
Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan kebesaran dan rahmat Allah, sekaligus mengajarkan ketabahan dan keimanan.
Allah berfirman tentang keselamatan Nabi Musa:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا
"Kami bawakan Bani Israil menyeberangi laut, lalu Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka dengan kezaliman dan permusuhan." (QS. Yunus: 90).
Namun, di Indonesia, khususnya di Jawa, malam 1 Suro sering dikaitkan dengan mitos, seperti larangan keluar malam, membangun rumah, atau menggelar pernikahan karena dianggap membawa sial.
Dalam ilmu tauhid, kepercayaan ini disebut tathayyur (takhayul), yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Rasulullah SAW menegaskan:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِي الفَأْلُ قالوا: وَما الفَأْلُ؟ قالَ: كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ
"Tidak ada penularan (penyakit secara takhayul), tidak ada tathayyur (anggapan sial), dan aku menyukai fā'l (prasangka baik)."
Mereka bertanya, "Apa itu fā'l?"
Beliau menjawab, "Kata-kata yang baik." (HR. Bukhari, no. 5756; Muslim, no. 2224).
Menurut Ghoffar Ismail dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, mitos-mitos ini adalah khurafat tanpa dasar ilmu atau dalil.