Menengok Uniknya Sejarah Perayaan Lebaran di Indonesia, Kearifan Sunan Kalijaga Membaurkan Islam dengan Budaya Lokal

photo author
- Rabu, 10 April 2024 | 19:58 WIB
Hari Idul Fitri atau Lebaran bagi muslim di Indonesia sarat makna, perpaduan budaya Islam dan tradisi lokal.
Hari Idul Fitri atau Lebaran bagi muslim di Indonesia sarat makna, perpaduan budaya Islam dan tradisi lokal.

HUKAMANEWS - Idul Fitri atau yang akrab disapa Lebaran, merupakan momen istimewa bagi umat Islam di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Perayaan Lebaran bukan hanya menandakan berakhirnya ibadah puasa Ramadan, tetapi juga sarat dengan tradisi dan makna yang telah mengakar dalam budaya bangsa.

Sejarah perayaan Lebaran di Indonesia tak lepas dari akulturasi budaya Islam dengan tradisi lokal yang telah ada sebelumnya.

Tradisi ini berkembang seiring dengan masuknya Islam ke Nusantara, berpadu dengan budaya Hindu-Buddha dan tradisi lokal lainnya, menghasilkan perayaan Lebaran yang unik dan khas Indonesia.

Baca Juga: Telepon Spesial Erdogan Kepada Prabowo, Bahas Potensi Kerja Sama Indonesia-Turki hingga Penyelesaian Konflik Palestina 

Asal usul tradisi Lebaran di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke masa kerajaan Hindu-Buddha di Jawa. Pada masa itu, masyarakat Jawa memiliki tradisi merayakan "Syawalan" atau "Sewalan" pada tanggal 1 Syawal, yang merupakan hari pertama bulan Syawal dalam kalender Jawa. 

Tradisi ini diwarnai dengan berbagai ritual, seperti mengunjungi makam leluhur, membersihkan rumah, dan menyiapkan makanan lezat. 

Ketika Islam masuk ke Nusantara, tradisi Syawalan berakulturasi dengan ritual keagamaan Islam, seperti salat Idul Fitri dan zakat fitrah. Perpaduan ini melahirkan tradisi Lebaran yang sarat dengan makna spiritual dan sosial.

Baca Juga: Tragedi Contra Flow di Tol Jakarta Cikampek, Luka Mendalam di Tengah Mudik Lebaran 

Halal Bihalal dan Lebaran Ketupat

Dalam buku Al Masalik wal Mamalik karya Ibnu Khordabdih dijelaskan, mayoritas watak masyarakat yang hidup sepanjang garis khatulistiwa merupakan orang-orang yang terbuka dan egaliter. Sikap tersebut pun identik dengan masyarakat Indoensia. 

Sikap terbuka dalam tradisi halal-bihalal yang dilakukan umat Muslim tak jarang juga dilakukan oleh umat non-Muslim. Tak sedikit dari umat non-Muslim yang ikut bersilaturahim dan melakukan halal-bihalal saat Idul Fitri tiba. 

Di sisi lain, budaya lokal dalam melaksanakan tradisi Idul Fitri juga banyak yang dijadikan tradisi umat Muslim Indonesia secara nasional. Tengoklah bagaimana masyarakat Jawa diperkenalkan istilah Lebaran Ketupat oleh Sunan Kalijaga.

 Baca Juga: Gratis! Polres Depok Buka Layanan Titip Motor Bagi Warga yang Mudik Lebaran 2024, Solusi Aman untuk Pemudik Rayakan Idul Fitri 1445 Hidjriah

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sukowati Utami JI

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Jukung Julak: Rumah Makan yang Menyimpan Ribuan Doa

Rabu, 19 November 2025 | 20:13 WIB

Soal Gelar Pahlawan Soeharto, Saya Berbeda Pandangan

Minggu, 9 November 2025 | 06:05 WIB

45 Tahun WALHI: Gerakan Tanpa Kultus

Jumat, 17 Oktober 2025 | 15:38 WIB

Ketika Para Ibu Sudah Turun ke Jalan

Senin, 31 Maret 2025 | 13:18 WIB
X