Ia adalah anak bungsu yang masih tinggal bersama ibunya di Lampung, sementara kakaknya sudah berkeluarga.
Sebelum kejadian, keluarga masih sempat melihat status WhatsApp terakhir Pariyem saat ia makan siang di kantor sekitar pukul 13.00, sebelum kabar tragedi datang beberapa jam kemudian.
Saat ponselnya tidak dapat dihubungi, keluarga mulai khawatir dan akhirnya mendapat konfirmasi dari rekan kerja.
Kronologi Kebakaran Mematikan Terra Drone
Kebakaran hebat di kantor Terra Drone terjadi Selasa siang, dengan api pertama terdeteksi pukul 12.43 WIB.
Baca Juga: Long Weekend Natal 2025: Ini Jadwal Resmi Libur dan Cuti Bersamanya
Damkar DKI mulai pemadaman pukul 12.50 WIB dan api baru benar-benar dapat dikendalikan sekitar pukul 14.10 WIB.
Polres Metro Jakarta Pusat mengonfirmasi 22 korban meninggal—15 perempuan dan tujuh laki-laki, termasuk satu ibu hamil tujuh bulan.
Mayoritas korban ditemukan di lantai 3 hingga 5 gedung karena terperangkap kepulan asap tebal yang naik ke lantai atas dan mengurangi suplai oksigen secara drastis.
Karyawan yang berada di lantai 6 disebut dapat menyelamatkan diri karena akses menuju rooftop lebih dekat.
Seluruh jenazah dievakuasi ke RS Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi.
Tragedi ini memperkuat pertanyaan publik mengenai standar keselamatan gedung, sistem evakuasi, dan simulasi kebencanaan di kawasan perkantoran Jakarta.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah insiden kebakaran gedung memicu perdebatan tentang implementasi keselamatan bangunan modern yang sering kali tidak sebanding dengan risiko operasional.
Bagi pekerja rantau seperti Pariyem, keselamatan gedung bukan sekadar regulasi teknis, tetapi soal hidup pulang atau tidak.
Pemprov DKI sebagai pemerintah daerah terbesar memiliki peran penting memastikan audit keselamatan gedung diterapkan tanpa kompromi.