HUKAMANEWS – Tragedi di tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia kembali membuka luka lama tentang risiko mematikan di balik gemerlap industri tambang.
Tujuh pekerja yang terjebak di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave sejak 9 September 2025, kini dipastikan meninggal dunia.
Perusahaan telah menemukan seluruh jenazah korban, lima di antaranya baru dievakuasi pada Minggu (5/10), menyusul dua lainnya yang lebih dulu ditemukan bulan lalu.
Kabar ini menutup harapan panjang keluarga korban yang selama hampir sebulan menanti kabar baik dari perut bumi Mimika.
Mereka bukan sekadar nama dalam laporan, tapi manusia yang berangkat kerja untuk mencari nafkah—dan tak pernah kembali.
Luncuran Material Basah yang Mematikan
Insiden berawal ketika sekitar 800.000 metrik ton material basah berisi batuan dan lumpur tiba-tiba meluncur ke area tambang bawah tanah.
Dalam hitungan menit, material itu menutup akses keluar-masuk dan menjebak tujuh pekerja di panel produksi 28-30.
Menurut Bangun Samosir, praktisi pertambangan yang pernah bekerja lebih dari 10 tahun di Freeport, peristiwa ini adalah yang terparah dalam sejarah tambang bawah tanah Indonesia.
“Bayangkan air banjir bercampur batu besar berukuran 30 sentimeter. Arusnya kuat dan cepat, semua jalur tertutup. Orang di dalam sulit keluar,” ujarnya.
Kementerian ESDM menyebut kejadian ini sebagai insiden paling fatal sepanjang sejarah tambang bawah tanah di Tanah Air, bahkan melampaui tragedi runtuhnya batuan di Grasberg pada 2013 yang menewaskan 28 pekerja.
Janji Keselamatan dan Realitas di Lapangan
Freeport selama ini mengklaim telah membangun ruang perlindungan bawah tanah senilai US$5 juta atau sekitar Rp83 miliar, sebagai tempat berlindung jika terjadi kebakaran, ledakan, atau longsor.