“Kita perlu membaca krisis iklim sebagai ancaman bersama, bukan sekadar isu teknis.”
Gerakan Nyata dari Maluku Utara
Program Eco Bhinneka Muhammadiyah di Ternate sejak 2022 telah melaksanakan berbagai kegiatan: seminar, pelatihan kapasitas komunitas, pembentukan komunitas pemuda lintas iman bernama PEKA (Partner Eco Bhinneka), hingga aksi bersih pantai dan pendampingan desa dalam pengelolaan sampah. Mereka bahkan menyusun rekomendasi kebijakan lingkungan kepada pemerintah daerah.
Tak hanya itu, Eco Bhinneka juga menerbitkan buku panduan berisi enam perspektif lintas agama tentang merawat bumi.
“Nilai setiap agama menunjukkan kepedulian terhadap alam. Dari sini kita bisa membangun dasar gerakan bersama,” papar Hening.
Ia menutup paparannya dengan mengutip teladan KH Ahmad Dahlan. “Selama hidup, manusia sebaiknya terus berbuat baik. Menanam pohon, membersihkan pantai, memperbaiki yang rusak, itulah ibadah nyata.”
Ajakan itu ditujukan khusus bagi mahasiswa UMMU, generasi muda yang akan menjadi wajah Maluku Utara ke depan.
Dari Kampus untuk Peradaban
Kuliah umum di Ternate ini bukan sekadar agenda akademik, tetapi cermin dari arah baru pendidikan tinggi di daerah pasca-konflik. UMMU, yang berdiri di atas luka sejarah Maluku, kini memilih meneguhkan peran ganda: sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pusat rekonsiliasi sosial.
Krisis iklim dan kerukunan sosial bukan dua isu terpisah. Keduanya saling bertaut. Bumi yang rusak dapat memicu konflik baru, sementara perdamaian yang rapuh akan mempercepat keruntuhan lingkungan.
Dari Ternate, pesan itu bergema: merawat bumi berarti merajut perdamaian. Dan perdamaian sejati hanya mungkin tumbuh bila manusia kembali bersahabat dengan bumi.***