Data terbaru menunjukkan, sekitar 98 persen sampah yang dihasilkan di Banyumas berhasil dikelola menjadi produk bernilai jual tinggi.
Efisiensi luar biasa ini menjadikan Banyumas sebagai kabupaten dengan pengelolaan sampah terbaik di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara.
Tak heran jika Banyumas kemudian dipercaya menjadi tuan rumah program Smart Green ASEAN Cities (SGAC), yang dihadiri oleh perwakilan dari 13 kota di delapan negara ASEAN.
Kepercayaan ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan Banyumas bukan sekadar proyek lokal, tapi sudah diakui sebagai model regional.
Keberhasilan Banyumas menjadi bukti kuat bahwa krisis bisa melahirkan inovasi luar biasa, asalkan ada komitmen dan kolaborasi nyata antara pemerintah dan masyarakat.
Pendekatan mereka yang holistik, partisipatif, dan berbasis teknologi menjawab kebutuhan zaman, sekaligus memberi inspirasi bagi daerah lain.
Bukan mustahil jika model Banyumas diadopsi oleh kota-kota besar seperti Jakarta yang masih bergulat dengan masalah penumpukan sampah.
Yang membedakan Banyumas adalah keseriusan dalam membangun sistem yang tidak hanya mengurangi volume sampah, tapi juga menciptakan nilai ekonomi dari limbah.
Transformasi ini mencerminkan prinsip keberlanjutan yang sesungguhnya, di mana lingkungan, sosial, dan ekonomi bergerak seimbang.
Dalam konteks pengelolaan sampah, Banyumas tak hanya berhasil memecahkan persoalan, tapi juga menjadikannya sebagai sumber daya.
Langkah mereka membuktikan bahwa solusi hijau bisa memberikan hasil nyata, jika dilakukan dengan visi yang tepat dan eksekusi yang konsisten.
Kini, sorotan Asia Tenggara tertuju pada Banyumas bukan karena masalah, tapi karena prestasi yang membanggakan.
Dan yang lebih penting, mereka telah membuka jalan bagi masa depan pengelolaan sampah yang lebih cerdas dan berkelanjutan.***