Dari informasi awal, ledakan terjadi saat tim TNI bersiap menghancurkan sisa detonator di lubang ketiga.
Namun, saat proses penyusunan detonator berlangsung, muncul ledakan mendadak yang menewaskan seluruh personel dan warga yang berada di sekitar.
Situasi ini menimbulkan dugaan adanya kesalahan prosedur atau potensi kelalaian dalam proses pemusnahan amunisi yang harusnya dilakukan dengan pengawasan ketat.
Kementerian Pertahanan merespons cepat dengan menyampaikan duka cita serta janji investigasi menyeluruh.
Menteri Pertahanan menegaskan bahwa prosedur keamanan harus diperketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Baca Juga: Sambil Menunggu Otopsi, Kapuspen TNI Selidiki Adanya Keberadaan Sipil Dalam Ledakan Amunisi di Garut
Peristiwa ini juga menggarisbawahi pentingnya edukasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan militer.
Sebagian warga diduga berada terlalu dekat dengan lokasi ledakan karena mengira aktivitas sudah selesai.
Padahal, amunisi yang dianggap kadaluarsa tetap menyimpan potensi bahaya tinggi jika tidak ditangani secara benar.
Ledakan ini bukan hanya menimbulkan korban jiwa, tapi juga trauma psikologis bagi masyarakat sekitar.
TNI AD kini menyatakan komitmennya untuk melakukan evaluasi total terhadap mekanisme pemusnahan amunisi yang digunakan.
Baca Juga: Hari Waisak Harus Jadi Inspirasi Seluruh Umat Berbuat Kebaikan
Langkah-langkah preventif dan koordinasi lintas instansi akan diperkuat guna menjamin keselamatan baik bagi personel maupun warga.
Insiden ini menjadi pengingat keras bahwa penanganan bahan peledak bukan perkara rutin yang bisa disepelekan.
Kecelakaan seperti ini dapat membawa dampak luas, bukan hanya terhadap institusi TNI, tapi juga kepercayaan publik terhadap sistem keamanan militer.