nasional

Hari Waisak Harus Jadi Inspirasi Seluruh Umat Berbuat Kebaikan

Senin, 12 Mei 2025 | 17:38 WIB
Umat Buddha dari berbagai daerah mengikuti ritual tiga langkah Namaskara dalam rangkaian peringatan Waisak di Candi Sojiwan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Klaten, Senin (12/5) Teropongjateng.com/dok (Elizabeth Widowati )

Ritual tersebut memiliki makna pertobatan diri umat Buddha dalam menyambut detik-detik Waisak 2569 BE.

Baca Juga: Dibalik Aksi Sosial GRIB Jaya, Publik Kepo: Dari Mana Sumber Uang Hercules Sebenarnya?

Prosesi itu dipimpin Ketua Sangha Mahayana Indonesia Bhiksu Kusalasasana Mahasthavira dan dimulai sekitar pukul 06.00 WIB. Setiap tiga langkah, ribuan umat itu serenak bersujud kemudian bangkit lagi dan berjalan tiga langkah sebelum sujud kembali.

Berulang-ulang mereka melakukan prosesi itu dari jalan hingga memasuki candi sampai di depan patung Buddha di depan Candi Sojiwan. Prosesi berjalan khidmat diiringi lantunan doa sepanjang prosesi berlangsung.

Sekretaris Jenderal Sangha Mahayana Indonesia (SMI), Bhiksu Sakya Sugata Sthavira, mengungkapkan pada rangkaian Waisak di Candi Sojiwan, Klaten, ada prosesi tiga langkah Namaskara saat matahari terbit. Prosesi itu diikuti sekitar 2.100 umat Buddha.

Baca Juga: Dapat Penangguhan Polisi dan Ucapkan Permintaan Maaf, Mahasiswi ITB Unggah Meme Jokowi-Prabowo Berciuman, Kini Bebas!

“Namaskara artinya bersujud lima titik dari dahi, dua telapak tangan, sama dengkul dan ujung jari kaki menyentuh bumi,” kata Bhiksu Sakya Sugata Sthavira saat ditemui wartawan seusai prosesi.

Kepala yang berada di posisi tertinggi pada tubuh manusia sebagai simbol keangkuhan, kesombongan, serta ego. Ketika bersujud, kepala menyentuh bumi dan menjadi simbol bersyukur serta membuka diri untuk meminta keberkahan dan menyalurkan ke alam-alam yang menderita.***

Halaman:

Tags

Terkini