Ritual tersebut memiliki makna pertobatan diri umat Buddha dalam menyambut detik-detik Waisak 2569 BE.
Baca Juga: Dibalik Aksi Sosial GRIB Jaya, Publik Kepo: Dari Mana Sumber Uang Hercules Sebenarnya?
Prosesi itu dipimpin Ketua Sangha Mahayana Indonesia Bhiksu Kusalasasana Mahasthavira dan dimulai sekitar pukul 06.00 WIB. Setiap tiga langkah, ribuan umat itu serenak bersujud kemudian bangkit lagi dan berjalan tiga langkah sebelum sujud kembali.
Berulang-ulang mereka melakukan prosesi itu dari jalan hingga memasuki candi sampai di depan patung Buddha di depan Candi Sojiwan. Prosesi berjalan khidmat diiringi lantunan doa sepanjang prosesi berlangsung.
Sekretaris Jenderal Sangha Mahayana Indonesia (SMI), Bhiksu Sakya Sugata Sthavira, mengungkapkan pada rangkaian Waisak di Candi Sojiwan, Klaten, ada prosesi tiga langkah Namaskara saat matahari terbit. Prosesi itu diikuti sekitar 2.100 umat Buddha.
“Namaskara artinya bersujud lima titik dari dahi, dua telapak tangan, sama dengkul dan ujung jari kaki menyentuh bumi,” kata Bhiksu Sakya Sugata Sthavira saat ditemui wartawan seusai prosesi.
Kepala yang berada di posisi tertinggi pada tubuh manusia sebagai simbol keangkuhan, kesombongan, serta ego. Ketika bersujud, kepala menyentuh bumi dan menjadi simbol bersyukur serta membuka diri untuk meminta keberkahan dan menyalurkan ke alam-alam yang menderita.***
Artikel Terkait
Sidang Hasto Panas, Rossa Bongkar Fakta Mengejutkan Eks Pimpinan KPK Firli Bahuri Soal Dugaan Perintangan Penyidikan Harun Masiku
Ricuh Bus Persik Kediri Ditimpuki Suporter Arema FC Usai Laga di Stadion Kanjuruhan, Keluarga Korban Kanjuruhan Kecam dan Tuntut Hal Ini
Kapuspen TNI: Innalillahi, Ledakan Amunisi di Garut Tewaskan 13 Orang, Empat Korban Diantaranya Prajurit TNI
Berikut Nama 13 Korban Tewas Akibat Ledakan Amunisi di Desa Sagara Kabupaten Garut Senin Pagi Ini
Detik-detik Amunisi Kadaluarsa Diledakkan TNI, Terdengar Dua Kali Ledakan yang Cukup Keras, Tak Disangka 13 Korban Tewas