Tony menyebut isu ini seolah diangkat kembali dengan cara yang menyudutkan dan tidak sesuai fakta di lapangan.
Ia mengakui bahwa laporan kepada Komnas HAM memang pernah terjadi pada 1997, namun ia menegaskan bahwa tidak ada lagi permasalahan setelahnya.
"Jadi enggak benar itu, hanya difitnahkan seperti itu. Itu akan kita klarifikasi juga," ujar Tony saat dikutip dari detikcom.
Namun di sisi lain, audiensi antara Wakil Menteri HAM dengan para mantan pemain OCI mengungkap sisi lain yang tak kalah mencengangkan.
Dalam pertemuan itu, sejumlah eks pemain mengaku kehilangan identitas, tidak tahu siapa orang tua mereka, dan tidak memahami asal-usul mereka sendiri.
Baca Juga: Macet 8 Kilometer di Tanjung Priok, Sopir Truk Tercekik Biaya Parkir Rp17.500 Sekali Masuk
Mugiyanto menekankan bahwa hal ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak dasar manusia, yakni hak atas identitas.
Kisah tragis datang dari Butet, salah satu mantan pemain sirkus OCI.
Dalam sebuah wawancara, ia menceritakan bagaimana dirinya harus tetap tampil meski sedang mengandung delapan bulan.
Ia bahkan mengaku sempat dipasung dan dirantai seperti hewan setelah tampil, karena ditakutkan akan melarikan diri.
"Pas saya hamil, saya dipasung. Saya enggak bisa buang air. Saya dipukuli. Itu sangat menyakitkan," kisah Butet, yang membuat banyak orang terhenyak.
Kisah tersebut bukan hanya mengangkat persoalan eksploitasi kerja, tapi juga memperlihatkan sisi kelam perlakuan tidak manusiawi yang bisa jadi selama ini luput dari perhatian publik.
Dengan semakin banyaknya perhatian yang tertuju pada kasus ini, penting bagi semua pihak—baik institusi, pemerintah, maupun media—untuk lebih teliti dalam menelaah data dan fakta yang ada.
Transparansi menjadi kunci dalam menyelesaikan isu ini secara adil, tanpa prasangka dan tanpa menutupi kebenaran.