HUKAMANEWS - Kemacetan parah kembali menghantui kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang dikenal sebagai jalur nadi logistik nasional.
Kamis pagi, 17 April 2025, antrean kendaraan mengular sepanjang delapan kilometer dari kawasan Sungai Bambu hingga ke gerbang pelabuhan.
Pemandangan ini bukan cuma soal kemacetan biasa, tapi juga menjadi gambaran carut-marutnya pengelolaan transportasi dan infrastruktur logistik di pelabuhan terbesar Indonesia.
Ironisnya, sopir truk yang terjebak macet masih harus membayar parkir hingga Rp17.500 sekali masuk, tanpa tahu pasti kemana uang itu dialirkan.
Situasi ini pun menyulut kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI).
Wakil Ketua MTI, Djoko Setijowarno, menyebut kemacetan ini sebagai salah satu yang paling buruk dalam sejarah Tanjung Priok.
Menurut Djoko, penyebab utama kemacetan bukan sekadar tingginya volume kendaraan, tapi juga ketidakseimbangan pembangunan antara sisi laut dan sisi darat pelabuhan.
Saat kapasitas sisi laut terus diperluas demi melayani kapal-kapal besar, sisi darat justru stagnan dan minim pembenahan.
Fasilitas dasar seperti lahan parkir truk, toilet umum, hingga zona penyangga (buffer zone) kini nyaris tak tersedia secara layak.
“Sekarang hampir tidak ada lagi area penyangga, semuanya sudah jadi permukiman dan ruko,” ujar Djoko.
Akibatnya, truk-truk kontainer kesulitan bergerak, terutama saat harus keluar-masuk pelabuhan di tengah kepadatan yang semakin sempit ruang geraknya.
Masalah makin pelik saat melihat ketergantungan pelabuhan terhadap moda transportasi jalan raya.
Padahal di masa lalu, Tanjung Priok memiliki jaringan rel kereta api yang terintegrasi langsung ke kawasan industri.
Artikel Terkait
Terungkap! Identitas Jasad Wanita Dalam Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok , Polisi Ungkap Asalnya Sesuai Info Keluarga
Kapolri Ungkap Puncak Arus Mudik 2025, Ini Strategi Ampuh Hindari Macet Total di Tol
Coretax Macet, Pengusaha Pilih Tunda Pelaporan Pajak
Bupati Lucky Hakim Liburan ke Jepang Saat Warga Indramayu Macet Mudik, Dedi Mulyadi: Nanti kalau ke Jepang lagi, bilang dulu yah!
Bandung Macet Makin Parah Bukan Takdir! Transportasi Publik Berkeadilan Bisa Cegah Krisis Iklim, tapi Siapa yang Peduli?