RK sendiri mengakui hal tersebut dalam pidatonya.
“Demokrasi kita itu mahal, kepala desa dicoblos, Walikota, Bupati, Gubernur, Presiden juga dipilih, ini mahal dan melelahkan," ucapnya.
Pernyataan yang sangat relevan, terutama ketika biaya kampanye kerap kali melibatkan 'amplop'.
Tapi ya, RK tampaknya ingin menyindir lembut praktik politik uang yang sudah mengakar.
Namun, RK optimistis. Dia percaya Pilkada ini harus tetap berkualitas meski melelahkan.
Baca Juga: TOP 5 Rekomendasi Power Bank Robot Terbaik untuk Gaya Hidup Digital Anda
Bukan sekadar pesta demokrasi yang riang gembira, tapi juga bermakna.
"Kami pasangan Rido berkomitmen untuk menunjukkan kampanyenya yang riang gembira tapi berkualitas," katanya dengan penuh keyakinan.
Ah, jadi kampanye yang tidak sekadar 'berisik' tapi juga benar-benar mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk berpikir kritis.
Oke, mari kita bicara kenyataan. Politik uang bukan hal baru dalam Pilkada.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Sering Diserang Isu SARA, Tapi Lebih Pilih Beternak Ayam Daripada Buzzer
Banyak yang menganggapnya sebagai bagian dari "tradisi" politik di Indonesia.
Uang beredar, janji-janji manis terucap, dan masyarakat sering kali menjadi korban janji yang tak terwujud.
Nah, apakah janji RK ini bisa membuat perbedaan? Sejujurnya, sulit membayangkan Pilkada di Jakarta—yang terkenal dengan dinamika politiknya yang keras—benar-benar bersih dari politik uang.
Baca Juga: 2 Jenazah Remaja di Kali Bekasi Teridentifikasi, Kasus yang Bikin Tegang!