Menurutnya, berbicara dengan diri sendiri dapat memberikan pemahaman yang lebih baik atas masalah yang dihadapi dan menjadi jalan untuk menemukan solusi.
Program "mobil curhat" Ridwan Kamil ini menuai beragam reaksi dari masyarakat.
Ada yang mendukung ide tersebut, terutama mereka yang merasa bahwa Jakarta membutuhkan lebih banyak fasilitas yang bisa membantu masyarakat mengatasi tekanan hidup sehari-hari.
Bagi mereka, keberadaan konselor yang mudah diakses bisa menjadi langkah positif untuk kesehatan mental warga kota.
"Saya setuju dengan ide ini. Kadang-kadang kita butuh orang yang profesional untuk mendengar dan membantu kita mengurai masalah, dan jika ini tersedia dengan mudah, pasti sangat membantu," ungkap salah seorang warga Jakarta yang ditemui di acara kampanye Ridwan Kamil.
Namun, ada juga yang menganggap ide ini kurang realistis dan mungkin tidak akan efektif dalam jangka panjang.
Beberapa pihak menilai bahwa stres di Jakarta lebih disebabkan oleh masalah sistemik seperti kemacetan, polusi, dan masalah ekonomi, sehingga solusi yang ditawarkan Ridwan Kamil dianggap tidak cukup substansial.
Selain mobil curhat, Ridwan Kamil juga merencanakan pengembangan aplikasi curhat yang memungkinkan warga Jakarta untuk mencurahkan isi hati mereka melalui platform digital.
Aplikasi ini akan dilengkapi dengan berbagai fitur yang mendukung kesehatan mental, seperti adanya konselor dan psikiater yang siap memberikan solusi kepada pengguna aplikasi.
"Aplikasi ini nanti akan memudahkan warga untuk curhat, tidak hanya lewat Instagram seperti yang banyak dilakukan orang saat ini. Jadi, mereka bisa berbicara langsung dengan para profesional," tambah Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil juga menekankan bahwa aplikasi ini akan mudah diakses dan dirancang untuk menjadi media yang aman serta nyaman bagi pengguna yang ingin mencurahkan isi hati mereka.
Sementara itu, Pramono Anung menegaskan bahwa ia lebih memilih untuk fokus pada solusi-solusi konkret bagi permasalahan yang dihadapi Jakarta.