Menurut Mardigu, Jokowi cukup pintar mendiamkan para pemimpin partai dan elit memainkan anggaran di Kementeriannya, lalu dikunci kalau gak ikut atau tidak taat maka kasus tadi akan dipermasalahkan.
Itu yang namanya poison pill.
"Para elit partai dan pejabatnya sudah makan pil racun yang anticotenya yang obatnya dipegang penguasa tertinggi, itulah kemaestroan Pak Jokowi. Harus saya akui canggih dan bukannya tidak tahu apa yang terjadi di Kemhan misalnya, yang anggarannya melonjak naik namun kekuatan angkatan bersenjata malah turun," terang Mardigu.
Baca Juga: Videotron Capres Anies Baswedan Ditakedown, Kpopers Humanies Bakal Lebih Gila Lagi Berkreatif
"Beli barang mahal beliau bukan tidak tahu, beliau sangat tahu beda jauh harga pembelian pesawat antara India dan Indonesia dengan mark up harga pesawat bekas di Kementeriannya Prabowo."
Dibandingkan dengan harga pembelian pesawat yang sama oleh India, Kemenhan membeli pesawat tempur tersebut harganya sangat tinggi yaitu 720 juta Euro untuk 12 pesawat.
Atau 1 pesawat Rp 1 Triliun, sedangkan India membeli 24 buah hanya dengan harga 27 Euro.
Dengan kata lain Kemenhan membeli pesawat 26 kali lipat lebih mahal.
Menurut Mardigu dengan banyaknya risiko wajar, jadi lebih baik tetap berkuasa.
"Maka pilihan terbaik adalah memenangkan 1 satu putaran," katanya.
"Di sini kita berpikir dengan akal sehat, kalau memang menang dengan pilihan rakyat yang tanpa rekayasa dan rakyat tetap memilih incumbent yang saat ini disalurkan lewat capres 02," sambung Mardigu.
"Ya begitulah suara rakyat yang rata-rata IQ-nya hanya 78 poin itu, yang merupakan ranking ke-10 dari 11 negara Asean, dimana 80 persen hanya berpendidikan SMP kita harus pahami risiko pilihan kepada siapa," pungkasnya.***