HUKAMANEWS - Nyamuk Wolbachia, istilah yang mungkin baru terdengar bagi sebagian besar masyarakat kita, telah menjadi perbincangan hangat selama beberapa waktu terakhir.
Tidak hanya sebagai objek penelitian ilmiah, nyamuk Wolbachia tetapi juga karena kontroversi yang melibatkan keterlibatan pemerintah dan implementasi program pengendaliannya di beberapa daerah.
Merujuk pada pernyataan Mantan Menkes Siti Fadilah Supari dalam akun TikToknya, HukamaNews.com akan membahas perjalanan penemuan nyamuk Wolbachia dan menggali lebih dalam bagaimana penelitian ini menjadi sorotan masyarakat.
Awal Mula Penemuan Nyamuk Wolbachia
Perjalanan kisah nyamuk Wolbachia dimulai pada tahun 2011, ketika para peneliti Australia menemukan fenomena unik ini.
Namun, kisah ini tidak berhenti di sana. Peneliti Indonesia tertarik dengan penemuan tersebut dan memulai kolaborasi dengan World Mosquito Program (Double UMP), yang didanai oleh Bill Gates.
Sejak saat itu, program ini menjadi pusat perhatian memicu polemik di kalangan masyarakat.
Rekayasa Genetika dan Nyamuk Wolbachia
Kementerian Kesehatan dan Peneliti UGM yang meneliti nyamuk ini tegas mengatakan bahwa tidak ada rekayasa genetika dalam pembuatan nyamuk yang telah disuntik dengan bakteri Wolbahia.
Namun, Siti Fadilah, mempunyai pendapat berbeda. Disebutkan oleh Siti, nyamuk Wolbachia bukanlah hasil alamiah, melainkan produk dari kolaborasi antara peneliti Indonesia dan Double UMP.
Metode ini, yang melibatkan penyelipan bakteri Wolbachia ke dalam sel nyamuk yang diharapkan dapat mengubah sifat genetik nyamuk tersebut.
Keberhasilan Penelitian dan Dampak Positif