“Beberapa pipa aliran air panas hanyut terbawa arus,” ujarnya.
Kondisi Terkini dan Tantangan Pemulihan
Hingga Minggu pagi, banjir bandang Guci Tegal dilaporkan telah surut.
Namun, kerusakan yang ditinggalkan cukup signifikan dan membutuhkan penanganan serius.
Jembatan kecil di area Pancuran 13 dilaporkan hilang terbawa arus.
Fasilitas pemandian mengalami kerusakan struktural yang tidak bisa diperbaiki dalam waktu singkat.
Menurut BPBD Jawa Tengah, proses pembersihan dan asesmen lanjutan masih berlangsung.
Pembukaan kembali kawasan wisata akan sangat bergantung pada hasil evaluasi keselamatan.
Lebih dari Sekadar Bencana Alam
Banjir bandang Guci Tegal membuka diskusi penting tentang tata kelola kawasan wisata alam.
Alih fungsi lahan di hulu, degradasi daerah resapan, serta perubahan iklim global menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan.
Para ahli kebencanaan menilai kawasan wisata berbasis alam perlu dilengkapi sistem peringatan dini yang memadai.
Pengelola wisata juga dituntut lebih adaptif terhadap risiko hidrometeorologi yang kini semakin sering terjadi.
Bagi publik, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa menikmati alam harus selalu dibarengi kewaspadaan.
Sementara bagi pemerintah daerah, banjir bandang Guci Tegal adalah alarm untuk memperkuat mitigasi, bukan sekadar pemulihan.
Banjir bandang Guci Tegal tidak hanya merusak fasilitas wisata, tetapi juga menyisakan trauma dan kekhawatiran.
Artikel Terkait
Banjir Bandang Terjang Sukabumi, Ratusan Rumah Terendam dan Jembatan Putus Akibat Luapan Sungai Cisolok
Presiden Prabowo Perintahkan Percepatan Bantuan Banjir Bandang Sumatera, Pemerintah Belum Tetapkan Darurat Nasional
Terbongkar! Modus Illegal Logging yang Disembunyikan Bertahun-Tahun, Diduga Jadi Biang Banjir Bandang Sumatera
Banjir Bandang Aceh-Sumatera, Kemenhut Telusuri 12 Korporasi Diduga Dalang Perusakan Hutan, Sebagian Lokasi Disegel
Presiden Prabowo Langsung Gelar Ratas di Aceh Setelah Tinjau Banjir Bandang dan Longsor, Prioritaskan Evakuasi dan Logistik