Sejumlah kasus global menunjukkan pabrik dan penyimpanan baterai lithium memiliki tingkat risiko kebakaran 4 kali lebih tinggi dibanding penyimpanan material elektronik biasa, terutama jika ventilasi dan sistem deteksi asap tidak memadai.
Di Jakarta sendiri, sejak transisi IMB ke PBG diberlakukan, pengawasan bangunan bertingkat menjadi tantangan tersendiri karena perbedaan kesiapan pemerintah daerah dalam menerapkan sistem digitalisasi persetujuan pembangunan.
Di media sosial, warganet menilai audit administrasi harus dibarengi evaluasi menyeluruh terhadap standar keselamatan industri berisiko tinggi.
Sebagian menyuarakan agar pemerintah meninjau ulang SOP penyimpanan baterai pada zona padat penduduk, karena risiko bukan hanya bagi pekerja tetapi juga warga sekitar.
Sementara yang lain mempertanyakan kecepatan mitigasi kebakaran dan sistem evakuasi, terutama di perusahaan yang beroperasi berbasis teknologi.
Tragedi kebakaran Terra Drone memberikan peringatan keras bahwa inovasi teknologi memerlukan sistem pengamanan yang sepadan dengan risikonya.
Audit administrasi PBG menjadi langkah awal, tetapi publik berharap ada standardisasi keselamatan lebih ketat untuk perusahaan dengan material berbahaya.
Ke depan, industri teknologi dan pemerintah perlu duduk bersama untuk memastikan keamanan, kepatuhan, dan kepercayaan publik berjalan beriringan.***
Artikel Terkait
Kebakaran Maut Hong Kong, Api Menjalar ke 7 Gedung hingga Tewaskan 36 Warga, Ini Fakta Penyebaran Api yang Bikin Publik Syok!
Fakta Baru Kebakaran Apartemen di Hong Kong 9 WNI Jadi Korban, Simak Kronologi dan Persiapan Pemulangan Jenazah Oleh Pemerintah
Kebakaran RS Pengayoman Cipinang, 28 Pasien Dievakuasi, Gudang Hangus, dan Sorotan Publik Soal Keamanan
Kebakaran Maut Gedung Terra Drone Jakpus, Tewaskan 20 Orang Termasuk Ibu Hamil, Evakuasi Dramatis Pecahkan Kaca Lantai 6
Ledakan Baterai Diduga Jadi Pemicu, Begini Kronologi Kebakaran Maut yang Melalap Gedung Terra Drone di Jakpus